Oleh: Agnes Angelina Paramita
Teman Wiloka pernah tidak sih, merasa sakit hati terhadap perlakuan orang lain? Saat merasa sakit hati, terkadang kita memiliki keinginan untuk membalas orang tersebut dengan cara memberikan perlakuan yang sama atau sekadar membuktikan bahwa diri kita lebih baik darinya. Atau apakah pernah, teman Wiloka merasa diri bersalah akibat suatu kejadian buruk? Kira-kira, bagaimana kita sebaiknya merespon perasaan bersalah dan sakit hati tersebut?
Apa itu memaafkan?
Memaafkan merupakan tindakan yang disadari dan disengaja untuk membebaskan diri dari rasa tidak senang dan dendam terhadap orang yang menyakiti kita (Greater Good, n.d.). Sepanjang hidup, kita mengalami banyak peristiwa tidak mengenakkan. Banyak hal terjadi di luar keinginan kita. Luskin (2010, dalam Greater Good Science Center, 2010) menyampaikan bahwa kunci dari “memaafkan” adalah bagaimana kita mampu bertahan dan beradaptasi terhadap kejadian yang berjalan di luar keinginan. Dengan kata lain, kita mau menerima dan berdamai dengan kejadian tersebut.
Manfaat dari memaafkan adalah untuk diri sendiri
Pepatah mengatakan bahwa balas dendam merupakan pisau bermata dua. Lichtenfeld dkk., (2019) mengemukakan bahwa memaafkan berhubungan dengan pengurangan emosi negatif, seperti rasa marah dan sedih. Dengan memaafkan, perasaan kita menjadi ringan dan bahagia. Di sisi lain, emosi negatif berkepanjangan yang kita rasakan (seperti sakit hati) berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, seperti menurunkan daya tahan tubuh dan memicu kemunculan penyakit seperti penyakit kardiovaskular yang berkaitan dengan kesehatan jantung (Earl E. Bakken Center for Spirituality & Healing, n.d.; Thomas, n.d.). Oleh karena itu, mari kita kembalikan manfaat pengampunan untuk diri sendiri. Dengan kata lain, kita memang memaafkan sebagai upaya menciptakan kedamaian dan memperbaiki hubungan baik dengan orang yang bersalah. Namun lebih dari itu, kita juga memaafkan karena kita berhak menerima manfaat positif dari perasaan damai itu sendiri, yakni kesehatan fisik dan psikologis. Hal yang sama berlaku ketika kita bersalah. Cobalah untuk menerima kekurangan diri dan berdamai dengan keadaan demi kesejahteraan diri kita sendiri.
Bagaimana kita menyikapi perasaan bersalah?
Perasaan bersalah yang muncul ketika kita melakukan kesalahan sejatinya bukan merupakan hal buruk. Perasaan bersalah menandakan bahwa kita masih memiliki rasa kemanusiaan, empati, moral, dan sopan santun (Mind Tools Content Team, n.d.). Perasaan bersalah juga menjadi pengingat bahwa kita dapat memberikan usaha yang lebih baik di masa depan (Mind Tools Content Team, n.d.). Caranya ialah dengan memahami bahwa tidak ada orang yang sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut ada untuk mendorong kita belajar dari pengalaman dan terus memperbaiki diri. Selain itu, ingatlah bahwa tidak semua hal berada dalam kendali kita. Sekuat apapun kita menyempurnakan usaha, kejadian buruk yang menimpa akibat penyebab eksternal–seperti perlakuan orang lain atau permasalahan teknis–tidak luput dari kemungkinan. Peristiwa buruk yang terjadi akibat penyebab eksternal bukan sepenuhnya merupakan tanggung jawab kita. Penting untuk dicatat ya, bahwa perasaan bersalah mulai menggerogoti diri ketika perasaan tersebut terus muncul meskipun kita telah berupaya memperbaiki diri (Kempton, 2019).
Teman Wiloka, setiap kali merasa dendam dan sakit hati kepada orang lain, perasaan tersebut berbalik menggerogoti diri kita baik secara fisik maupun psikologis, begitu pula halnya dengan perasaan bersalah. Ketika dendam, sakit hati, dan perasaan bersalah muncul berkepanjangan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, teman Wiloka sangat diperbolehkan ya mencari bantuan profesional kesehatan mental! Akhir kata, yuk kita belajar untuk memaafkan kesalahan atau kekurangan diri serta orang lain!
Referensi:
Earl E. Bakken Center for Spirituality & Healing. (n.d.). How Do Thoughts and Emotions Affect Health?. University of Minnesota. https://www.takingcharge.csh.umn.edu/how-do-thoughts-and-emotions-affect-health#:~:text=Poorly%2Dmanaged%20negative%20emotions%20are,and%20damages%20the%20immune%20system.
Greater Good. (n.d.). What Is Forgiveness?. https://greatergood.berkeley.edu/topic/forgiveness/definition
Greater Good Science Center. (2010, Agustus 19). Fred Luskin: Wanting “Yes” and Getting “No” [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=qS6BL9AONNk
Kempton, S. (2009, November 5). Dealing with Guilt: The 3 Types and How to Let Them Go. Yoga Journal. https://www.yogajournal.com/yoga-101/philosophy/goodbye-guilt/
Lichtenfeld, S., Maier, M. A., Buechner, V. L., dan Capo, M. F. (2019). The Influence of Decisional and Emotional Forgiveness on Attributions. Frontiers in Psychology, 10, 1-8. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2019.01425
Mind Tools Content Team. (n.d.). Dealing With Guilt. Mind Tools. https://www.mindtools.com/ajkye4s/dealing-with-guilt
Thomas, L. (n.d.). How Do Your Emotions Affect Your Physical Health?. News-Medical Life Sciences. https://www.news-medical.net/health/How-Do-Your-Emotions-Affect-Your-Physical-Health.aspx
*penulis merupakan mahasiswa magang Wiloka Workshop
0 Comments