Oleh: Lucia Peppy N., M. Psi., Psikolog dan Angela Louise Radetiya

Pada bagian sebelumnya, kita belajar tentang gambaran fenomena ini dan dinamika  yang terjadi di dalam kondisi tersebut. Bagian kedua ini akan lebih berisi gambaran tentang apa yang dapat dan perlu dilakukan ketika menghadapi situasi tersebut. Selain itu, akan dibahas juga tentang bagaimana berbagai pihak dapat menghadirkan dukungan sosial kepada mereka yang sedang berada pada lingkungan tidak sehat ini.

Ketika menyadari berada pada lingkungan tidak sehat: apa yang perlu dilakukan?

Menyadari diri berada pada kondisi penguasaan sehingga terjebak dalam hubungan tidak sehat sering kali tidak mudah, terutama untuk segera keluar dari situasi tersebut. Pada beberapa orang, sepertinya tampak mudah untuk segera melakukan aksi setelah mengetahui atau menyadari bahwa ia berada pada hubungan yang tidak sehat. Namun sayangnya, masih banyak orang yang mengalami kesulitan melakukan langkah pertama keluar dari lingkungan tidak sehat itu. Hal seperti pemenuhan kebutuhan atau kondisi ‘keamanan’ diri bila berada di situasi tersebut atau berbagai pikiran terkait ketakutan dan kecemasan menjadi kondisi-kondisi yang mudah membuat seseorang tidak bersikap dan melakukan langkah pertamanya, padahal sudah mengetahui situasinya.

Ketika kamu adalah orang yang cukup memiliki kemampuan, cukup berdaya misalnya karena ada orang-orang di sekitarmu yang akan memberi dukungan atau karena kamu sendiri memiliki sumber daya, maka hal terpenting yang dilakukan untuk keluar dari situasi tak sehat ini adalah melakukan langkah pertama. Hentikan interaksi, berpindahlah pada aktivitas yg berbeda dan terpisah dari situasimu sebelumnya. Langkah awal sering kali perlu dengan sesuatu yang bersifat ‘fisik’ seperti tidak lagi mendatangi tempat yang biasa bersama atau mengelola lingkungan pertemanan.

Salah satu hal yang paling banyak menjadi penyebab sulitnya melakukan langkah pertama adalah faktor dari dalam diri yang bersangkutan, atau faktor intrapersonal. Kondisi ini terwujud dalam bentuk antara lain kemauan diri seseorang, kondisi psikologis seseorang, atau kondisi emosi negatif dominan seperti kecemasan dan kekhawatiran. Untuk kalian yang setelah membaca artikel ini merasa masuk dalam kelompok ini, maka carilah satu orang yang kalian percaya sebagai ‘buddy’ atau ‘polisi’ kalian yang akan mendampingi melakukan langkah pertama. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memutus interaksi dengan si pasangan atau lingkungan penyebab. Sepertinya ini hal yang sederhana sehingga tampak mudah dilakukan, namun dari pengalaman beberapa orang seringkali menjadi langkah yang luar biasa berat. Maka, si ‘teman’ atau ‘buddy’ atau ‘si polisi’ perlu dimiliki untuk menguatkan langkah awal yang diambil sampai situasi menjadi ‘biasa’ kembali.

Setelah kamu melakukan langkah  pertama sehingga dapat ‘tidak terkoneksi lagi’, lanjutkan dengan mencari hal pegangan pada ruang kosong dirimu yang sedang ‘tidak terkoneksi lagi’ tersebut. Hal ini dibutuhkan di awal-awal proses perjalanan memutuskan interaksi dengan lingkungan atau si penyebab relasi tidak sehat itu. Sering kali ketika pada akhirnya mampu dan memiliki keberanian untuk ‘memutus koneksi’, adanya rasa hampa atau kosong membuat diri seperti ingin kembali lagi. Oleh karena itu mengisi ruang hampa perlu segera dilakukan.

Ada beberapa hal yang dapat dipilih terkait konteks mengisi ruang kosong ini. Kalian dapat mencoba dengan membuat agenda pribadi untuk mengisi aktivitas sehingga ada arah jelas aktivitas harian, terkoneksi dengan orang-orang yang membuatmu nyaman, atau dengan melakukan aktivitas yang kamu mimpikan selama ini dan masih tertunda. Nah kadang energi akan terasa terkuras banyak sekali. Inilah gunanya kamu memiliki si ‘buddy’ tersebut juga. Pada langkah-langkah awal perubahan drastis yang harus kamu lakukan, akan dibutuhkan energi dan dukungan dari seseorang atau beberapa orang. Maka mintalah buddy mu untuk melakukannya pada masa-masa transisi mu.

Dukungan sosial ketika menghadapi persoalan: psikologis, sosial, hukum

Pengalaman dalam lingkungan tidak sehat atau hubungan tidak sehat, sering kali juga menimbulkan berbagai dampak pada orang di sekitarnya. Dalam upaya menyudahi situasi tidak sehat tersebut, dukungan dari lingkungan sosial seperti keluarga, sahabat, kolega kerja memiliki peran penting bagi seseorang yang mengalami. Dukungan sosial dapat membuat seseorang merasa dicintai, dihargai, dan tidak sendirian. Yang menjadi menantang adalah bagaimana menghadirkan dukungan yang tepat bagi mereka yang sedang berjuang untuk keluar dari situasi tidak sehat ini? Berikut beberapa cara yang dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:

  1. Mulailah dengan sikap empati daripada simpati. Empati berarti bersikap dengan dasar pemahaman atas apa yang dialami orang lain baik secara nalar maupun rasa. Sedangkan simpati lebih pada sikap turut merasakan apa yang sedang dialami orang lain. Biasanya empati akan lebih mendorong perilaku yang konstruktif dan bermanfaat karena ada keterlibatan proses bernalar di sana. Ketika ada orang di sekitar kita sedang mengalami situasi tidak nyaman karena terjebak dalam lingkungan tidak aman, bangunlah sikap empati kepadanya terlebih dahulu. Dengan memiliki sikap empati atas situasi dia kita akan mampu bernalar untuk memberikan sikap yang lebih tepat terhadap situasinya atas pemahaman kita. Empati akan membawa kita untuk menghadirkan apa yang menjadi kebutuhan dari orang tersebut bukan justru apa yang kita pikir adalah yang terbaik bagi si orang tersebut. Salah satu tanda dari empati hadir adalah  ketika kita dapat mengerti situasinya daripada muncul pendapat, penilaian, apalagi penghakiman terhadap orang tersebut.
  2. Berikan ruang aman, diam namun penuh sikap mendengarkan mungkin menjadi langkah ampuh. Seringkali orang lupa bahwa seseorang yang mengalami kejadian tidak menyenangkan hanya ingin dengarkan ceritanya dengan penuh perhatian. Sayangnya, masih banyak hadir sikap menghakimi bahkan langsung memberikan saran-saran dan arahan apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan. Diam, mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak berkomentar tanpa diminta, bahkan semacam sikap menemaninya dalam diam dapat menjadi hal penting bagi seseorang yang sedang dalam kondisi terpuruk atau tidak nyaman karena berada di lingkungan tidak sehat.
  3. Bantu mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar kehidupan dalam rangka bertahan hidup. Hal penting untuk mulai dapat melangkah pada kehidupan yang lebih sehat adalah ketika memiliki kekuatan untuk dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, penting membantu mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka sembari mereka keluar dari situasi itu dan memulai kehidupan mereka yang baru dan lebih mandiri. Anda dapat bertanya pada orang tersebut apakah membutuhkan sesuatu dari anda. Dengan membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar kehidupan, anda dapat sekaligus membantu mengurangi kecemasan akibat proses melangkah meninggalkan kehidupan dan lingkungan yang tidak sehat namun selama ini menjadi bagian penting dalam kehidupannya.
  4. Berikan penghargaan positif berupa kata-kata penyemangat. Meninggalkan kebiasaan sering kali tidak mudah bukan. Demikianlah sering kali terjadi pada  mereka yang ingin meninggalkan lingkungan toxic  ini. Hal yang membuat sering kali tidak mudah adalah karena situasi ‘sudah terbiasa’ yang melekat pada kehidupan mereka. Hal lain yang akan juga memberi kekuatan selain mendampingi pada langkah awal adalah pemberian balikan penghargaan positif pada langkah-langkah yang sedang dilakukan, langkah kecil sekalipun. Dengan memberikan kata-kata positif, akan ada sensasi penguatan pada diri mereka. Selanjutnya, mereka juga perlahan-lahan akan mampu membangun kepercayaan diri, harga diri, maupun kompetensi diri yang hilang akibat kekerasan maupun lingkungan tidak sehat yang selama ini dialami.
  5. Dampingi mereka secara nyata untuk mengakses profesional kesehatan mental apabila dibutuhkan. Dampak secara psikologis bagi para penyintas maupun mereka yang berada pada situasi hubungan tidak sehat akan beragam. Begitu juga apakah kondisi tersebut perlu disikapi dengan tindakan pendampingan atau terapi oleh profesional kesehatan mental atau tidak juga ditentukan berbagai faktor seperti seberapa besar kekuatan persoalan itu, seberapa besar daya dukung kemampuan diri yang dimiliki ada atau tidaknya perubahan ketika mereka mengolah persoalan secara mandiri. Selanjutnya, untuk menandai apakah seseorang perlu penanganan profesional atau masih bisa menggunakan upaya mandiri (self help) adalah dengan menggunakan indikator keberfungsian sehari-hari. Ketika sudah terjadi perubahan perilaku dalam hal upaya untuk merawat diri juga produktivitas maka akan lebih baik bila mereka mendapat penanganan oleh profesional. Nah, penting untuk mereka yang baru pertama kali mengakses layanan kesehatan mental, baik dengan psikolog atau psikiater, untuk merasa aman dan tidak merasakan stigma. Oleh karena itu, mendampingi mereka secara fisik pada awal mengakses akan sangat bermakna dan bermanfaat untuk keterlibatan proses penanganan selanjutnya.
  6. Ajak mereka untuk menyalurkan hobi melalui kegiatan berkelompok. Langkah selanjutnya setelah memproses langkah keluar dari situasi tidak sehat adalah menguatkan dan memantapkan diri para penyintas tersebut. Melakukan hobi dan bahkan terlibat dalam kelompok sesuai minat akan menghadirkan sensasi positif yang sekaligus akan menguatkan. Mereka akan mengalami sensasi “dianggap” dengan  menjadi suatu anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan kelompok. Maka, ketika teman, kerabat, atau saudaramu telah berhasil memproses diri keluar dari situasi tidak sehat sebelumnya, ajak mereka melanjutkan dengan hidup dalam lingkungan sosial yang lebih sehat, salah satunya dengan kelompok hobi.

Jika kamu memiliki kerabat atau teman yang mengalami kekerasan dalam berpacaran atau terlibat dalam pertemanan tidak sehat, kamu dapat memberikan dukungan dengan menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi, memberikan dukungan moral, dan membantu mereka untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Namun perlu diingat ya, berfokuslah pada apa yang mereka butuhkan daripada karena menurutmu paling baik dilakukan. Dengan demikian, dukunganmu akan menjadi hal yang menghadirkan sensasi nyaman dan terdukung daripada justru menghadirkan tekanan pada dirinya karena merasa tidak pas dengan situasi dan kondisi mereka saat itu.


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: