Oleh: Lucia Peppy N., M. Psi., Psikolog dan Angela Louise Radetiya

Beberapa waktu terakhir, melalui media sering kita dengar perihal kekerasan dalam berpacaran. Bagaimana tidak? Tahun 2021, kasus kekerasan dalam berpacaran yang terekam pada Komnas Perempuan terdapat 4.500 kasus. Komnas Perempuan juga mencatat bahwa kekerasan dalam berpacaran menduduki peringkat ketiga setelah kekerasan dalam rumah tangga dan kasus kekerasan seksual. Kekerasan dalam berpacaran yang paling menonjol adalah kekerasan fisik (2.025 kasus), kekerasan seksual (1.983 kasus), psikis (1.792 kasus), dan ekonomi (680 kasus).

Salah satu kasus yang sempat booming di sosial media adalah terkait seorang wanita yang dicampakkan pacarnya setelah dieksploitasi secara mental dan material. Wanita ini mengatakan pada awalnya hubungan asmara dengan pacarnya sangat romantis. Namun, setelah mengalami kecelakaan yang diakibatkan pacarnya yang menyetir saat mabuk, kebahagiaannya pudar. Ia harus hidup sepanjang hidupnya berjuang melawan sakit selama 3 tahun. Pacarnya yang mengalami luka ringan justru pelan-pelan menjauh dan akhirnya memutus hubungan pacaran mereka secara sepihak. Sang wanita mengatakan bahwa selama pacaran, pacarnya sering kali bergantung secara ekonomi kepadanya. Bahkan saat dirinya sakit dan tidak bisa bergerak, pacarnya menggunakan kartu ATM pribadi miliknya tanpa sepengetahuan dan izinnya.

Sang wanita mengatakan “Saya dihancurkan dia fisik dan mental”.

Walaupun tidak persis, namun kasus seperti ini tidak jarang terjadi pada pasangan yang berpacaran.

Sering kali, dalam menjalani hubungan romantisme seperti pacaran, ada pihak yang tidak menyadari letak kekerasan yang dialami dirinya atau cenderung memaklumi tindakan tersebut karena perasaan sayang. Walaupun frekuensi keparahan kekerasan terus meningkat, sebagian besar korban bahkan tetap merasa puas dan tetap memiliki keinginan untuk menikahi pasangannya. Melalui artikel ini kita akan mengetahui bagaimana dinamika yang terlibat dalam hubungan romantis dengan kekerasan, apa yang harus dilakukan, dan dukungan sosial. Melalui artikel ini kita juga dapat membantu orang disekitar kita yang mengalami kekerasan berpacaran loh! Yuk, simak bersama artikel ini.

Dinamika terlibat dalam hubungan romantis dengan kekerasan

Kondisi terlibat dalam sebuah hubungan (termasuk hubungan romantis) yang ternyata berlangsung pola kekerasan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi atau faktor. Pertama karena kondisi atau faktor si individunya. Dalam psikologi, dipahami bahwa perilaku dan sikap seseorang dibentuk oleh berbagai hal seperti cara berpikir, pengalaman masa lalu, pembelajaran lingkungan, maupun pemaknaan individu. Demikian juga, bagaimana seseorang tetap berada di dalam sebuah hubungan tidak sehat bahkan penuh dengan kekerasan, dikendalikan pula oleh berbagai aspek tersebut. Bahkan, ketika seseorang sudah menyadari bahwa hubungan yang dijalin ternyata tidak sehat atau melibatkan kekerasan, tidak mudah pula bagi dirinya untuk menyelesaikan atau keluar dari situasi ini. Terkadang, apa yang dilihat orang lain sebagai sesuatu yang merupakan hal tidak sehat bahkan abusive, bisa jadi ada unsur yang semacam ‘dicari’ oleh orang tersebut. Ini sering kali membuat penyelesaian hubungan dengan unsur kekerasan tidak mudah dilakukan.

Hal lain dalam konteks kontribusi dari dalam diri seseorang yang turut menentukan keberlangsungan hubungan yang tidak sehat seperti kepuasan mengenai kualitas hubungan, komitmen yang telah dibangun, hal-hal yang telah dikorbankan atau diinvestasikan dalam hubungan (seperti waktu), ketergantungan ekonomi, keinginan untuk terhindar dari stigma atau pandangan negatif diri, dan perasaan kesepian dan takut akan penolakan. Seseorang yang berada dalam hubungan yang tidak sehat bahkan mendapatkan kekerasan sering kali melakukan pembenaran kognitif bahwa kekerasan fisik atau pelecehan seksual yang dilakukan pasangannya tidak terlalu parah atau tidak terlalu serius karena perbandingan dengan hal-hal lain dalam kehidupannya. Ditambah lagi pelaku kekerasan seringkali memanipulasi atau memaksa korban (secara psikologis) untuk mempertahankan hubungan berpacaran yang tidak sehat dengan taktik terselubung dan membawa embel-embel komitmen. Sebagian menganggap kekerasan yang dilakukan pasangannya dilakukan dalam konteks bercanda atau main-main. Karena itu, tidak sedikit seseorang yang berada dalam hubungan yang tidak sehat cenderung mempertahankan tingkat komitmen pada pasangannya (terutama pada hubungan romantis yang sudah berlangsung lama). Banyaknya waktu yang diinvestasikan dalam hubungannya juga membuat orang yang berada pada hubungan yang tidak sehat tetap tinggal pada hubungan tersebut.

Hal lain yang juga dominan dan penting adalah terkait kesenjangan kekuatan (atau istilah yang umum dikenal adalah power relation yang selanjutnya akan lebih digunakan dalam artikel ini). Ketimpangan tersebut membuat seseorang merasa lebih lemah dibandingkan orang lain. Biasanya, kesenjangan kekuatan ini bersumber dari persepsi terhadap kuat lemah atau lebih kurang, terkait ekonomi atau kedudukan sosial. Terkait kedudukan sosial ini juga beragam, terkadang terlihat sebetulnya hal sederhana, seperti jarak peran sosial antara diri dan si pasangan (misalnya karena pacar yang populer di komunitasnya), atau kedudukan di tempat kerja, peran dalam masyarakat, jarak kekuatan terkait dengan penilaian, dan semacamnya. Kesenjangan kekuatan ini dalam bahasa awal biasa ditemui terwujud misalnya merasa tidak dapat lepas karena kepopuleran pasangan, atau karena pasangan adalah orang berkuasa di tempat kerja, atau karena merasa diri menjadi terangkat atau memiliki nilai tertentu dalam pandangan lingkungan sekitar karena si pasangan, dan sejenisnya.

 

Melihat hal-hal yang dipaparkan, apakah teman-teman merasa seperti dekat dengan suatu fenomena? Atau apakah ada orang di sekitar kita yang sedang mengalami hal tersebut? Atau jangan-jangan kita sedang terjebak dalam situasi penguasaan model tersebut? Pada lanjutan artikel ini akan dijelaskan bagaimana merespon situasi ini, baik ketika mengalami maupun ketika orang terdekat berada dalam situasi ini. Simak artikel selanjutnya ya…


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: