Oleh: Yoga Padma Wanny
Dari keempat indikator kesehatan psikososial, sulit bagi saya untuk tidak mengakui bahwa bermain adalah kegiatan favorit saya (dan mungkin juga Teman Wiloka). Sering saya membayangkan kabur dari rutinitas sehari-hari dan pergi bermain tanpa memikirkan tanggung jawab yang diemban. Wah betapa menyenangkannya ya…
Bermain memang adalah kegiatan yang menimbulkan rasa santai dan riang gembira. Dengan bermain, manusia juga akan mengisi energi yang telah terkuras setelah belajar dan bekerja. Apabila terfokus kepada bermain dan bekerja saja, maka kita dapat mengalami defisiensi energi yang bisa menyebabkan stres, mood negatif, kelelahan, dan perasaan jenuh.
Bermain dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu bermain sederhana, terencana, dan serius.
Bermain Sederhana
Bermain tipe ini adalah kegiatan bermain yang cenderung singkat, sangat spontan, bisa dinikmati dengan mudah dan tetap menimbulkan kegembiraan. Misalnya, hiburan pasif seperti mendengarkan musik dan menonton TV atau juga hiburan yang lebih aktif seperti bermain tebak-tebakan dan bersenda gurau. Merangsang panca indra juga dapat digolongkan sebagai bermain yang sederhana, seperti meminum kopi atau memakan kue.
Bermain Terencana
Kegiatan bermain terencana sedikit lebih rumit dibandingkan bermain sederhana. Kegiatan ini cenderung tidak sesingkat bermain sederhana, dan bisa dilakukan sekali maupun berulang kali. Namun demikian, bermain terencana biasanya tidak selalu dilakukan di setiap waktu luang, karena perlunya persiapan kreatif. Misalnya menghadiri konser, mempersiapkan acara ulang tahun, melukis, menggambar, merajut, dan sebagainya.
Bermain Serius
Sesuai namanya, kegiatan bermain serius cenderung memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukannya. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh mereka penggiat hobi, profesional, dan amatir, sehingga terkadang memiliki disiplin ilmunya sendiri. Kegiatan bermain ini dapat berupa kegiatan kompetitif misalnya kompetisi futsal, golf, fotografi, dan dapat juga berupa kegiatan non-kompetitif seperti penikmat kopi atau teh, kolektor barang antik/memorabilia, pendaki gunung, dan sebagainya. Para pelaku permainan ini biasanya memiliki aspirasi profesionalitas dan dapat mengembangkan kegiatan ini sebagai karir.
Bermain memang mengasyikkan, bahkan dapat juga berkembang menjadi karir. Namun, apakah baik apabila kita hanya terfokus pada bermain? Tentu dalam menjaga kesehatan psikososial, kita tidak bisa mengabaikan indikator kegiatan yang tidak disukai. Juga kita tidak dapat hanya melakukan kegiatan yang kita sukai saja.
Jadi bagaimana cara menjaga kesehatan psikososial menurut konsep 4B? Akan kita bahas bersama di artikel berikutnya ya Teman Wiloka.
Acuan artikel:
Prawitasari, J.E. & Theodorus, E. (2021). Kesehatan Psikososial. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
0 Comments