Oleh: Yoga P. Wanny
Dalam konsep 4B belajar merupakan indikator pertama. Begitu pentingnya belajar bagi keberlangsungan hidup manusia sehingga kesehatan mental kita pun perlu dimulai dari kegiatan belajar yang tepat dan nyaman.
Konteks belajar mudah sekali dikaitkan dengan kegiatan bersekolah, yakni proses belajar formal. Padahal, belajar itu sebetulnya bermakna lebih luas. Dalam konteks ini, belajar didefinisikan sebagai sebuah proses memperoleh ilmu. Ilmu ini dapat berupa sebuah pengetahuan maupun keterampilan. Ketika seseorang mendapatkan ilmu, berbagai aspek dalam diri manusia akan berkembang, menjadi lebih paham ataupun lebih terampil. Semakin pengetahuan atau keterampilan baru ini terus dilatih/ digunakan, maka semakin berkembanglah diri.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan kekhasan utama yang sulit ditemukan di spesies-spesies lainnya. Bukan berarti spesies lainnya tidak mampu belajar, namun kecanggihan otak manusia dalam membentuk asosiasi baru tidak ada duanya. Dengan sedikit mengintip ke neurologi (cabang ilmu yang mempelajari otak dan saraf) barulah bukti tentang kecanggihan ini dapat kita cecap sedikit.
Otak manusia terdiri dari milyaran sel khusus yang disebut neuron. Ketika belajar sesuatu, akan terbentuk hubungan antara dua atau lebih neuron yang bertugas untuk menyimpan pengetahuan atau keterampilan baru tersebut. Semakin banyak kita belajar, maka semakin banyak pula interkonektivitas yang terbentuk antara neuron-neuron di otak. Karena jumlah neuron yang sangat banyak pula, maka potensi kapasitas otak manusia juga sangatlah masif.
Terkait dengan kegiatan belajar, umumnya belajar langsung dikaitkan dengan bentuk pendidikan formal. Padahal ada berbagai cara lain yang akan membuat seseorang dapat mengalami proses belajar. Bagaimana kita dapat terlibat proses belajar itu ya? Mari kita pahami belajar dari tiga proses yang akan diuraikan secara ringkas di bawah ini.
Belajar dari mengolah informasi
Setiap hari kita selalu dikelilingi oleh begitu banyak informasi. Terutama dengan berkembangnya teknologi komunikasi, informasi dari berbagai belahan dunia dengan mudah dan cepat dapat kita akses. Proses mengolah informasi dari berbagai jenis maupun sumber merupakan salah satu komponen belajar. Berbagai informasi ini akan masuk melalui panca indra yang kita miliki. Informasi yang bermakna kemudian akan disimpan dalam memori dan akan diolah ketika kita berimajinasi dan berlogika.
Belajar dari diri sendiri
Komponen ini sering disebut sebagai refleksi atau retrospeksi diri. Dengan melihat kembali aspek pengalaman hidup diri seseorang akan mampu mengenali bahkan lebih memahami dirinya. Ini adalah proses mawas diri. Salah satu proses dalam konteks ini misalnya ketika kita berefleksi tentang perilaku yang sudah dilakukan atau melihat kembali apa yang sedang dipikirkan. Mawas diri biasanya tidak hanya sampai kepada menyadari atau memahami prose pikir atau beremosi yang sedang terjadi, namun akan juga mendorong diri kita untuk melakukan sesuatu atas pembelajaran yang sedang terjadi. Ketika proses belajar dari diri sendiri mendorong individu untuk melakukan suatu hal baru, ini dapat ditandai bahwa telah terjadi proses penyadaran diri yang lebih menyeluruh sehingga berkontribusi terhadap perubahan perilaku. Kita dapat melihat proses belajar dari diri sendiri akan membawa seseorang untuk semakin mengenali dirinya, semakin menjadi dirinya, bahkan mungkin dapat membantu seseorang untuk mengurangi ‘topeng-topeng’ diri yang selama ini dipakai.
Belajar dari orang lain
Komponen ini mengacu kepada konsep peniruan atau modeling.yang diutarakan oleh Albert Bandura. Sederhananya, modeling mempunyai kesamaan dengan mencontoh. Terdapat empat proses penting di dalam proses modeling ini. Pertama adalah memperhatikan. Ini berarti seseorang perlu mengamati terhadap orang atau perilaku atau hal yang ingin dilakukan. Tidak mungkin modeling dapat dilakukan apabila tidak ada pengamatan akan perilaku yang sedang dicontohkan.Kedua adalah mengingat. Proses ini tidak hanya berfungsi untuk menyimpan perilaku yang diperhatikan, namun juga terkait fungsi berlatih dengan memunculkan kembali gambaran perilaku tersebut. Ketiga adalah penerapan ulang, yaitu proses mewujudkan ingatan menjadi perilaku nyata. Keempat adalah proses penguatan yang bertalian erat dengan faktor motivasi. Motivasi akan mendasari pengambilan keputusan seseorang, apakah perilaku yang menjadi contoh akan diulangi atau diterapkan. Suatu perilaku lazimnya akan kembali dilakukan bila dinilai menguntungkan, baik untuk mendapatkan hadiah atau penguat dan akan menghindari hukuman.
Berbicara soal belajar memang tidak ada habisnya. Bahkan, sebetulnya dapat dikatakan bahwa perjalanan kehidupan adalah proses belajar itu sendiri. Apakah yang sudah Teman Wiloka pelajari hari ini?
Oh iya, Teman Wiloka dapat membaca penjelasan konteks belajar secara lebih lengkap di buku Kesehatan Psikososial.
Acuan artikel:
Prawitasari, J.E. & Theodorus, E. (2021). Kesehatan Psikososial. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
0 Comments