Oleh: Agnes Angelina Paramita
Apakah teman Wiloka pernah merasa takut untuk tumbuh dewasa? Membayangkan diri melewati berbagai tantangan dan situasi yang berbeda terkadang membuat kita ingin berlama-lama menjadi anak kecil. Bagaimana kita sebaiknya merespon rasa takut tersebut?
Takut akan ketidakpastian dan perubahan
Ketidakpastian dan perubahan merupakan dua (2) hal yang mendasari ketakutan kita untuk tumbuh dewasa. Rasa takut untuk tumbuh dewasa–yang sebenarnya lebih tepat disebut rasa cemas (lihat penjelasannya pada artikel Kecemasan Sebelum Menikah: Mengapa bisa Terjadi?)–disebabkan oleh situasi penuh ketidakpastian di masa depan. Masa depan penuh dengan misteri. Banyak peristiwa di masa depan di mana kita mungkin mengalami bangun, jatuh, kehilangan, memperoleh sesuatu, atau mengalami stagnasi.
Ketidakpastian sendiri tidak dapat dipisahkan dari perubahan. Sebuah kondisi dapat berubah dengan cara yang dapat dipastikan dan tidak. Firestone (2013) mengemukakan beberapa perubahan yang menjadi alasan di balik ketakutan kita untuk tumbuh dewasa, seperti terpisahnya diri dari orang-orang lama yang disayangi serta bertambahnya tanggung jawab. Seiring bertambah dewasa, perlahan-lahan komunitas kita berubah. Orang-orang lama dalam hidup kita menghilang oleh karena kesibukan. Di sisi lain, hadir orang-orang baru dalam hidup yang membuat kita merasakan berbagai hal, mulai dari rasa senang, sedih, hingga marah. Dengan menjadi dewasa, kita juga dituntut untuk mampu menafkahi hidup secara mandiri dan mengatur kebutuhan diri dengan lebih bijaksana.
Tumbuh dewasa adalah pasti, “kalau udah tau, terus kenapa?”
Hidup sebagai anak yang banyak diliputi kegembiraan, kebebasan, dan perlindungan tentu membuat kita merasa nyaman. Tanpa sadar, situasi tersebut menjadi zona nyaman. Melangkah keluar dari zona nyaman dan menghadapi tantangan kehidupan masa dewasa tentu bukan hal yang mudah, terkadang kita ragu dan takut. Terlepas dari banyaknya situasi ketidakpastian yang dapat terjadi di masa depan, ‘tumbuh dewasa’ adalah hal yang ‘pasti’ terjadi.
“Kalau udah tau tumbuh dewasa pasti terjadi, terus kenapa? Umumnya kehidupan masa kecil kan serba memuaskan dan menyenangkan. Jadi, mengetahui kenyataan bahwa ‘tumbuh dewasa pasti terjadi’ ga akan mengubah keadaan alias ga ada gunanya dong?”
Sekilas pertanyaan di atas aneh, tetapi pantas untuk ditanyakan. Apa gunanya kita mengetahui bahwa ‘tumbuh dewasa menandai kehidupan baru yang penuh tantangan’ ketika kita tidak sendiri memiliki kuasa untuk memilih hendak tumbuh dewasa atau tidak (alias beranjak dewasa sudah pasti terjadi)? Jika teman Wiloka menganggap bahwa hanya kehidupan masa kecillah yang memuaskan, maka anggapan teman Wiloka kurang tepat. Kunst (2013) mengemukakan bahwa kehidupan yang memuaskan dan membahagiakan adalah kehidupan di mana kita bertumbuh dewasa bukan hanya karena keharusan (kodrat manusia), tetapi karena kita memang menginginkan untuk tumbuh dewasa.
“Berarti gampangannya, kehidupan kita dapat memuaskan dan membahagiakan ketika kita secara sukarela dan bersemangat keluar dari zona nyaman kehidupan masa kecil dan menyambut hidup yang penuh tantangan?”
Benar. Lebih lanjut, Kunst (2013) menjelaskan bahwa salah satu hal yang mampu mendorong kita untuk secara sukarela dan bersemangat menyambut kehidupan masa dewasa ialah dengan menyadari bahwa semakin kita dewasa, semakin meningkat kemampuan kita. Hal-hal yang tadinya tidak dapat kita kerjakan menjadi mampu kita kerjakan (contoh simple-nya yakni balita yang kemampuan berjalannya meningkat jika dibandingkan ketika ia masih bayi yang hanya bisa merangkak). Semakin meningkat kemampuan kita, semakin kita memiliki potensi untuk ‘mencetak’ pencapaian (contoh: seoarang anak ‘mencetak’ pencapaian dalam bentuk kemampuan mengerjakan PR sendiri, di mana biasanya ia harus didampingi). Perasaan ‘berhasil’ ketika kita mampu mencapai sesuatu itulah yang memicu munculnya perasaan puas, bahagia, dan bersemangat untuk tumbuh dewasa.
Dipangkas untuk dewasa
Prune/memangkas: to cut off branches from a tree, bush, or plant, especially so that it will grow better in the future/memotong cabang dari pohon, semak, atau tanaman terutama supaya dapat tumbuh dengan lebih baik di masa depan (Cambridge University Press, n.d.).
Mari kita ibaratkan diri kita sebagai pohon di kebun, sedangkan cabang-cabang kita merupakan kebebasan, perlindungan, orang yang kita sayangi, dan hal lain yang kita peroleh semasa kecil. Ketika beranjak dewasa, beberapa cabang tersebut terpangkas, di mana salah satu fungsi pemangkasan cabang pohon atau pruning ialah untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan pohon di kemudian hari (Vintage Tree Care, 2014). Ketika tidak dipangkas dengan tepat, berat cabang-cabang pohon dapat tidak seimbang/merata dan rentan menyebabkan pohon tumbang. Begitu pula halnya dengan proses pendewasaan, pemangkasan beberapa hal yang kita rasa menyenangkan (seperti kebebasan, perlindungan dari keluarga, dan kebergantungan finansial dengan orang tua) ditujukan agar kita terdorong mengasah keterampilan, menjaga kedisplinan diri, serta terus belajar dari pengalaman (Hood, 2016). Hal tersebutlah yang menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dan bijaksana. Permasalahannya ialah terkadang kita merasa takut untuk ‘dipangkas’. Kita merasa takut kehilangan kebebasan, perlindungan, dukungan finansial, dan orang-orang yang kita sayangi.
Bagaimana menghadapi rasa takut untuk tumbuh dewasa?
Pahamilah bahwa rasa takut–atau yang lebih tepat disebut cemas–untuk tumbuh dewasa adalah hal yang normal dirasakan sebagaimana rasa cemas sendiri merupakan respon normal tubuh dalam menghadapi ancaman yang tidak diketahui atau belum pasti terjadi (Craig dkk., 2000; baca: Kecemasan Sebelum Menikah: Mengapa bisa Terjadi?). Kehidupan masa dewasa yang penuh dengan ketidakpastian dipersepsikan oleh tubuh sebagai sebuah ancaman. Kita terkadang tidak tahu hal apa saja yang akan dipangkas dari diri kita selama proses pendewasaan.
Oleh karena itu, cara terbaik dalam mengatasi rasa cemas untuk tumbuh dewasa adalah dengan memanfaatkan rasa cemas tersebut sebagai pendorong dalam merencanakan kehidupan masa depan sebaik mungkin. Bagaimana langkah praktisnya?
- Setiap kali rasa takut muncul ketika membayangkan kehidupan masa dewasa, lakukan evaluasi terhadap diri sendiri:
- Hal apa saja yang kita kerjakan setahun belakangan?
- Apakah terdapat hal baru yang kita pelajari atau keterampilan/kebiasaan baik yang meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya?
- Apa saja hambatan dan tantangan yang kita alami dalam mengembangkan diri setahun belakangan? (contoh: permasalahan finansial, sering mengantuk waktu kuliah)
- Apakah kita memiliki sumber daya untuk mengatasi hambatan/tantangan tersebut? Bagaimana cara kita mengakses sumber daya tersebut? (contoh: mencari pekerjaan sampingan)
- Apa saja trend kebutuhan atau kebiasaan masyarakat di masa depan? (contoh: semakin sedikit masyarakat yang melakukan kegiatan fisik, semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan media sosial untuk berjualan)
- Gunakan hasil evaluasi tersebut dalam menyusun rencana pengembangan diri, diawali dengan menanyakan pada diri, “Apa saja keterampilan/pengetahuan/kebiasaan baik yang dapat dan perlu kita tingkatkan setahun ke depan? Bagaimana caranya?” (contoh: mengikuti kursus, melatih berpikir kritis saat membaca berita, mengurangi begadang).
- Rencanakan sedetail mungkin rencana pengembangan diri beserta target yang ingin dicapai. Teman Wiloka boleh menjadikan orang lain sebagai ‘referensi’ dalam menentukan target pencapaian. Namun pada akhirnya, target tersebut tetap harus disesuaikan dengan kapasitas kita masing-masing ya! Pastikan target masih berada dalam kapasitas kita (alias masih masuk akal untuk kita capai). Contoh: target menyelesaikan membaca buku setiap 1 bulan lebih masuk akal dibandingkan menulis buku sejumlah 1 buku/bulan. Target yang kurang sesuai tersebut dapat teman Wiloka perbaiki lho, contohnya dengan mengubah jumlah buku yang ditulis dari 1 buku/bulan menjadi 1 buku/3 bulan. Mengapa sih kok penting menentukan target yang masuk akal? Yuk, kita ingat kembali bahwa perasaan ‘berhasil’ ketika seseorang melakukan pencapaian memicu munculnya perasaan puas, bahagia, dan bersemangat dalam ia menjalani proses pendewasaan. Namun, hal tersebut bukan berarti kita harus menentukan target pencapaian serendah/semudah mungkin ya! Ketika target pencapaian terlalu rendah, semakin kecil kemungkinan kita menganggap bahwa ‘pencapaian’ tersebut adalah benar-benar ‘pencapaian’ (untuk lebih jelasnya, lihat ilustrasi di bawah). Akibatnya, kita tidak jadi merasa puas.
Setiap kali peristiwa tidak menyenangkan terjadi, ingatlah bahwa peristiwa tersebut ibarat pemangkasan cabang pohon. Di balik setiap ‘pemangkasan’, terdapat pelajaran yang dapat kita ambil untuk menjadikan kita seseorang yang lebih baik. Cobalah berpikir tenang dan terbuka dalam merespon peristiwa tidak mengenakkan. Dengan begitu, kita dapat memahami hikmah di balik peristiwa dan lebih cepat bangkit saat terjatuh. Pastikan diri kita siap menghadapi setiap ‘pemangkasan’ beserta perubahan yang hadir akibat pemangkasan tersebut, yakni dengan merencanakan kehidupan masa depan sebaik mungkin!
Beranjak dewasa terkadang memang menakutkan. Kabar baiknya ialah kita semua orang mengalami hal yang sama. Mari teman Wiloka, kita jalani bersama pahit dan manis proses pendewasaan bersama-sama untuk menjadi pribadi yang lebih kuat! We are on the same boat!
Referensi:
Cambridge University Press. (n.d.). Cambridge Dictionary – Prune. https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/prune
Craig, K. J., Brown, K. J., dan Baum, A. (2000). Environmental Factors in Etiology of Anxiety. Dalam Bloom, F. E. dan Kupfer, D. J. (Eds.), Psychopharmacology: the Fourth Generation of Progress (pp. 1325–1339). Raven Press.
Firestone, R. W. (2013). Why People Fear Growing Up and Functioning as Adults. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-human-experience/201307/why-people-fear-growing-and-functioning-adults
Hood, A. (2016, Oktober 20). Recognizing the Season of Pruning and Resisting the Temptation to Draw Back. International House of Prayer. https://www.ihopkc.org/resources/blog/recognizing-season-pruning-resisting-temptation-draw-back/
Kunst, J. (2013, September 11). Why Grow Up: If we didn’t have to grow up, why would we want to?. Psychology Today. https://www.psychologytoday.com/us/blog/headshrinkers-guide-the-galaxy/201309/why-grow
Vintage Tree Care. (2014). Why is Tree Pruning Important?. https://www.vintagetreecare.com/why-is-pruning-important
*penulis merupakan mahasiswa magang Wiloka Workshop
0 Comments