Oleh: Mufliha Fahmi, S.Psi., M.Psi., Psikolog
“Kuliah di mana, Dik?” Tanya seseorang.
“Di Psikologi, Mbak/Mas.” Jawabku.
“Wah, berarti nanti jadi psikiater ya?” Katanya.
“Ngga Mbak/Mas, nanti saya jadi psikolog.” Jawabku lagi.
“Loh, bedanya psikolog sama psikiater apa?” Tanyanya lagi.
Beginilah. Pengalamanku hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang bingung membedakan antara psikolog dan psikiater. Seolah dua profesi ini berarti sama saja. Memang banyak orang yang mengetahui bedanya, tapi yang tidak mengerti bedanya tidak kalah banyaknya juga.
Satu hal yang membuat banyak orang sering menyamakan profesi psikolog dan psikiater barang kali karena kesamaan ranah profesi ini: sama-sama menangani masalah kesehatan jiwa (istilah kedokteran) atau kesehatan mental (istilah psikologi). Namun begitu, kesamaan ranah ini juga tidak sepenuhnya benar karena tidak semua psikolog bergiat dalam isu kesehatan mental dan menangani kasus-kasus gangguan psikologis.
Ilmu psikologi terbagi-bagi ke dalam beberapa bagian. Di Fakultas Psikologi UGM misalnya, ilmu psikologi difokuskan pada bidang Psikologi Klinis, Psikologi Sosial, Psikologi Pendidikan dan Psikometri, Psikologi Perkembangan, Psikologi Industri dan Organisasi, dan Psikologi Umum dan Eksperimen. Masing-masing bagian ini memiliki ranah garapan yang berbeda-beda meski profesinya tetap psikolog juga (bagi yang memilih untuk berpraktik).
- Psikolog Industri dan Organisasi bekerja dalam setting perusahaan, biasanya mereka mengelola SDM dan sistem organisasi di dalamnya. Urusan mereka takjauh-jauh dari hal training, rekruitmen, pengembangan organisasi atau system imbalan karyawan.
- Psikolog Pendidikan bekerja dalam setting pendidikan, khususnya sekolah. Psikolog Pendidikan banyak menangani kasus-kasus anak/peserta didik di lingkungan sekolahnya. Mereka biasanya akan mendeteksi berbagai gangguan belajar pada anak dan mengelola cara menghadapi situasi tersebut termasuk menciptakan sistem sekolah yang efektif sesuai tujuan.
- Terakhir, Psikolog Klinis yang paling dekat dengan psikiater. Psikolog Klinis biasanya bekerja di rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, atau puskesmas untuk membantu penanganan kasus-kasus gangguan jiwa atau mental tertentu. Namun demikian, Psikolog Klinis juga sebetulnya memiliki cakupan yang lebih luas seperti mendukung perilaku pengelolaan kesehatan fisik, kesehatan komunitas, maupun gaya hidup yang lebih positif. Dari penjabaran di atas, dapat terlihat bukan bahwa psikolog klinis saja yang memiliki kemiripan profesi dengan psikiater. Namun, sejauh ini masyarakat memang memahami ilmu psikologi itu adalahi lmu yang berkaitan dengan gangguan jiwa saja.
Sekalipun psikolog klinis memiliki kedekatan dengan psikiater, kedua profesi ini secara mendasar berbeda. Untuk masyarakat awam, perbedaan paling jelas dari kedua profesi ini dilihat dari pendidikan yang ditempuh. Psikiater pada dasarnya adalah seorang dokter. Seseorang disebut sebagai psikiater ketika ia telah menyelesaikan pendidikan dokter spesialis kejiwaan (Sp.KJ). Sedangkan psikolog adalah orang yang menempuh pendidikan dalam bidang ilmu psikologi dan telah meraih gelar kemagisteran psikologi dan profesi psikolog (M.Psi., Psikolog). Jadi, terlihat jelas bahwa psikiater adalah dokter spesialis kejiwaan sementara psikolog adalah sarjana Psikologi yang melanjutkan studi dan menyelesaikan pendidikan magister psikologi profesinya.
Selain berbeda dalam dasar pendidikan, psikolog dan psikiater juga berbeda dalam hal pendekatan. Jika psikolog mengandalkan berbagai pendekatan perilaku dalam teknik dan keterampilannya seperti teknik konseling, terapi, dan sebagainya, maka psikiater mengandalkan pendekatan farmakoterapi atau obat dalam membantu penyelesaian masalah gangguan jiwa yang dialami pasien. Walau demikian, beberapa psikiater juga melakukan pendekatan psikoterapi dalam proses penyembuhan pasiennya.
Perbedaan pendekatan ini sebetulnya juga bersumber dari perbedaan jenis maupun kualitas gangguan jiwa pada pasien. Psikiater akan menangani kasus-kasus yang sudah terindikasi bersifat patologis dan berat, misalnya schizophrenia. Gangguan jiwa yang bersifat patologis membutuhkan intervensi obat-obatan dalam penanganannya. Sedangkan psikolog menangani gangguan psikologis yang non-patologis, seperti depresi karena masalah keluarga, stress tidak lulus UN, malas belajar, dan sebagainya. Atau secara sederhana, psikolog akan lebih menangani gangguan di mana pasien atau klien masih memiliki kesadaran dan kontrol diri yang cukup baik. Pada kondisi ini, pendekatan terapi perilaku masih memungkinkan dilakukan.
Jadi, apakah sudah mulai dapat membedakan kedua profesi ini? Sudah pula paham kah ke mana perlu berkonsultasi ketika menghadapi suatu gangguan mental? Semoga informasi ini dapat memberikan pencerahan dalam proses penanganan kesehatan mental di masyarakat kita ya….
Like this:
Like Loading...
0 Comments