Oleh: Retno Hayu Setuti Anindita, S.Psi

“Duh, saya itu nggak bakat ngomong di depan Mbak, saya nulis saja ya. Saya lebih berbakat nulis daripada harus ngomong di depan orang banyak. Malu aku”. Pernah dengar komentar seperti itu? Saya sering sekali mendapati orang-orang yang menolak melakukan suatu hal dengan alasan karena tidak punya bakat itu. Diminta untuk nyanyi saat pertemuan keluarga misalnya, entah karena malu atau memang benar-benar tidak berbakat sehingga menolak tawaran tersebut.

Jadi sebenarnya mana yang lebih penting antara minat atau bakat? Kalau kita berminat, namun tidak berbakat gimana? Atau malah sebaliknya, punya bakat itu tapi tidak berminat, harus gimana?? Kita bedah satu-satu yaa, biar tidak rancu. Minat dan Bakat adalah dua hal yang berbeda; Bakat biasanya merupakan potensi yang dimiliki sejak lahir. Bakat kerapkali disandingkan dengan keahlian atau skill, bakat adalah kemampuan dasar yang dimiliki seseorang untuk belajar dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan orang lain. Sedangkan Minat; biasanya dimulai dari ketertarikan seseorang terhadap sebuah atau suatu kegiatan, kemudian menjadi sesuatu yang sangat disukai, dan biasanya akan berkembang menjadi hobi.

Bakat tanpa minat tidak akan memberikan motivasi secara pribadi. Bakat dapat dilatih, sedangkan mengembangkan minat biasanya memerlukan usaha yang lebih. Kapan seseorang dapat dikatakan berbakat? Minat seseorang terhadap suatu hal biasanya menumbuhkan rasa penasaran yang besar, sehingga membuat kita jadi ingin mencoba terus-menerus hingga berhasil bahkan hingga mengembangkannya. Secara tidak sadar, ketika kita melakukan suatu hal yang sama secara terus-menerus, lambat laun akan membuat kita semakin jago atau ahli. Dari hal yang pada awalnya hanya membuat kita penasaran, karena semakin ahli maka kita tampak berbakat dalam hal tersebut.

Jika ditilik dalam kehidupan keseharian kita, minat membuat daya tahan kita menjadi lebih kuat. Dalam perjalanan kehidupan kita kelak pasti akan ada hambatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam hal apapun. Pada saat kita jatuh dan terpuruk, bukan bakat yang akan menggerakkan hati dan menyalakan api semangat kita, namun minat yang akan menyulut kembali semangat sehingga kita bisa menyelesaikan yang apa yang seharusnya dihadapi.

Faktor genetik seseorang juga mempengaruhi bakat yang dimiliki, karena bakat merupakan keterampilan alamiah untuk memperoleh pengetahuan baik secara umum maupun khusus. Howard Gardener menyebutkan bahwa manusia memiliki delapan kemampuan yang berbeda dalam dirinya bedasarkan kemampuan dan keterampilannya. Apa saja delapan kemampuan tersebut:

  1. Visual-spatial intelligence; kemampuan membayangkan bentuk dan menjelaskan sesuatu yang abstrak.
  2. Linguistic-verbal intelligence; kemampuan berbahasa termasuk menulis dan bicara.
  3. Logical-mathematical intelligence; kemampuan berfikir logic, mengenali bentuk, dan mengemukakan alasan dengan masuk akal.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence; kemampuan bergerak dan kontrol fisik.
  5. Musical intelligence; kemampuan untuk mengenali nada, irama, suara, dan pola.
  6. Interpersonal intelligence; kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
  7. Intrapersonal intelligence; kemampuan dalam memahami diri sendiri (emosi, perasaan, motivasi).
  8. Naturalistic intelligence; kemampuan untuk mengeksplorasi alam dan lingkungan, mempelajari tentang species lain.

Setiap individu memiliki delapan kemampuan diatas, hanya saja tidak semua dikuasai. Pasti ada yang lebih menonjol satu atau dua diantara yang lainnya. Tugas kita mengetahui kemampuan mana yang lebih kuat diantara yang lain, agar dapat kita maksimalkan.

Kalau dari paparan diatas, teman-teman akan memilih bakat atau minat untuk dikembangkan? Yang jelas, baik mengembangkan minat atau bakat kuncinya adalah konsisten dalam melakukannya untuk menghasilkan yang terbaik.


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: