Oleh: Shafana Giffari Arisna

Sehari-hari, tentunya kita memiliki berbagai kegiatan yang harus dilakukan untuk mengisi waktu yang dimiliki. Kegiatan tersebut beragam jenisnya mulai dari tuntutan pekerjaan, tugas, kewajiban, atau berbagai hobi yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang. Tak jarang, ketika kita memiliki banyak tuntutan pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan, kita dapat merasakan stres. Sebenarnya, merasakan stres merupakan hal yang normal, karena hal tersebut merupakan reaksi psikologis yang dirasakan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam hidup, sehingga setiap individu pasti akan merasakannya. Hanya saja, tingkat dan toleransi tiap individu dalam merasakan stres memang berbeda. Stres sendiri jika terjadi dalam tingkatan yang wajar akan memberikan dampak positif karena dapat membuat kita terpacu dalam melakukan tantangan dan mengarahkan kita untuk mengembangkan diri. Hal tersebut sering dikenal dengan istilah eustress atau stres yang sifatnya positif. Akan tetapi, stres juga dapat bersifat negatif bagi diri dan memberikan rasa tidak nyaman, yang disebut dengan istilah distress.

Stres yang bersifat negatif memang terkadang sulit dihindari. Hal tersebut dapat mengakibatkan perasaan tertekan dan menjadikan diri kita seolah memiliki beban yang begitu besar. Jika kondisi tersebut berlangsung secara terus menerus, akan mengakibatkan berbagai dampak lain nantinya, mulai dari suasana hati yang cenderung buruk hingga mengganggu kondisi psikologis kita. Stres yang dirasakan juga dapat berdampak ke kesehatan fisik, misalnya kita merasakan stres kemudian kita merasa pusing atau sakit pada bagian tertentu pada tubuh. Hal tersebut terjadi karena tubuh kita merasakan reaksi dari stres yang terjadi. Merasakan stres pada tingkatan berlebih juga perlu menjadi perhatian mengingat dampaknya yang dapat memberikan efek negatif pada diri kita.

Memiliki kemampuan dalam mengelola stres menjadi hal yang penting agar dampak yang dirasakan tidak terlalu mengganggu. Salah satu cara yang dapat kita lakukan dalam mengelola stres adalah mengetahui strategi coping yang efektif bagi diri kita. Strategi coping sendiri adalah cara seseorang dalam menghadapi atau mengendalikan stres yang dirasakan dan cara yang dilakukan setiap orang tentu berbeda. Strategi coping dibagi menjadi dua kategori, yaitu befokus pada masalah seperti yang berhubungan dengan perilaku dan fokus pada emosi yang melibatkan pengekspresian emosi atau mengubah ekspektasi (Brougham, Zail, Mendoza, & Miller (2009). Disebutkan dalam Welle & Graf (2011), toleransi individu terhadap stres dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya termasuk strategi coping yang dimiliki. Oleh karena itu, menggunakan strategi coping yang dirasa tepat merupakan hal yang perlu dilakukan dalam menghadapi stres.

Menerapkan strategi coping dapat dilakukan berdasar kategori yang telah disebutkan di atas, yaitu fokus pada masalah atau emosi. Sebagai contoh, ketika teman-teman memiliki permasalahan dengan berbagai kegiatan atau tugas yang menumpuk, kemudian kita akan cenderung merasa tertekan atau stres karena mengingat waktu yang dimiliki begitu terbatas untuk mengerjakannya. Lalu, kita memilih untuk menerapkan ­problem-focused coping, sehingga untuk mengurangi stres yang dirasakan, teman-teman dapat membuat berbagai perencanaan dan pemilihan prioritas dari tugas yang harus dikerjakan. Sementara itu, jika kita memilih untuk menggunakan emotion-focused coping, kita dapat melakukan hal-hal seperti bercerita kepada orang terdekat mengenai permasalahan yang tengah dihadapi sekaligus mengekspresikan perasaan yang dialami. Dengan begitu, kita dapat mengalihkan fokus dari sumber permasalahan dan mengurangi stres yang tengah dirasakan.

 

Referensi:

Brougham, R. R., Zail, C. M., Mendoza, C. M., & Miller, J. R. (2009). Stress, Sex Differences, and Coping Strategies Among College Students. Current Psychology, 28(2), 85–97. doi:10.1007/s12144-009-9047-0

Welle, P. D., & Graf, H. M. (2011). Effective Lifestyle Habits and Coping Strategies for Stress Tolerance Among College Students. American Journal of Health Education, 42(2), 96–105. doi:10.1080/19325037.2011.10599177


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: