Oleh: Hadara Naristya Elvita
Apa itu trauma?
Trauma adalah reaksi emosional terhadap peristiwa yang menyebabkan ketakutan, kebingungan dan ketidakberdayaan (APA Dictionary of Psychology). Menurut seorang psikolog medis Jenna Hennessey dari Universitas Columbia, trauma dapat mempengaruhi manusia dengan berbagai cara dan terjadinya trauma dapat memberikan dampak yang besar bagi sebagian orang. Contoh kejadian yang dapat menciptakan sebuah trauma antara lain perang, bencana alam, penyerangan, kekerasan dan pelecehan.
Ketika kita telah melalui berbagai pengalaman yang mengkhawatirkan, kita akan menemukan bahwa pengalaman itu telah mempengaruhi kehidupan kita di berbagai aspek, termasuk pasangan dan hubungan yang sedang dijalani.
Bagaimana trauma dapat mempengaruhi hubungan
Peristiwa traumatis dapat mengubah individu memandang diri sendiri, orang lain, dan dunia sekitarnya (Kleber, 2019). Ketika seseorang mempunyai pengalaman yang menyakitkan, ia sudah tidak dapat mempercayai orang lain. Padahal, sebelumnya individu tersebut mempercayai sekitarnya. Hal itu akan berpengaruh pada cara individu berhubungan dengan orang lain, termasuk kepada pasangan.
Trauma juga membuat seseorang selalu waspada dengan keadaan sekitarnya. Secara tidak sadar, anda akan merespons sesuatu yang menurut pikiran kita mengancam walaupun sebenarnya tidak nyata. Selain itu, terjadinya trauma dapat memotivasi kita untuk mengalami mati rasa. Hal ini sangat umum dalam kasus trauma kronis dan tak terhindarkan (De Bellis MD, 2014).
Kegiatan yang membuat trauma memiliki dampak kepada diri untuk tidak memberitahu kesulitan dan perasaan yang sedang dirasakan. Sikap seperti ini menyebabkan jarak dalam hubungan secara sosial maupun emosional. Peristiwa trauma dapat juga membuat anda sulit dalam mengendalikan respon emosional atau perilaku karena kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Hal ini akan membuat orang lain marah atau kesal dan anda dapat dicap sebagai orang yang sulit dimengerti.
Mengatasi efek trauma pada hubungan
Validasi diri dengan mengenali apa yang dialami baik kejadian buruk maupun baik. Efek trauma juga dapat diatasi dengan lebih peka terhadap situasi atau rangsangan dalam pikiran anda dan menemukan/melabeli emosi yang dimiliki. Hal itu dapat didukung dengan membuat pertahanan diri melalui kegiatan olahraga yang disukai.
Kehadiran pasangan yang membuat nyaman dapat membantu individu merasa lebih teratur dan tidak berfokus kepada pengalaman traumatis. Pasangan anda dapat mendukung dengan menggunakan nada suara yang hangat dan menenangkan, serta meringankan kesusahan yang anda miliki. Opsi terakhir adalah dengan mencari dukungan profesional bersama pasangan anda. Kehadiran terapis profesional dapat memahami apa yang perlu dibetulkan dan siap membantu. Selain itu, mereka juga sudah ahli dalam bidangnya sehingga tidak diragukan lagi keabsahannya.
Referensi:
American Psychological Association. Trauma. APA Dictionary of Psychology.
Kleber RJ. Trauma and public mental health: a focused review. Front Psychiatry. 2019;10:451. doi:10.3389/fpsyt.2019.00451
De Bellis MD, Zisk A. The biological effects of childhood trauma. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. 2014;23(2):185-vii. doi:10.1016/j.chc.2014.01.002
Wibhowo, C., Andromeda, C., & Santoso, J. C. (2019). Trauma Masa Anak, Hubungan Romantis dan Kepribadian Ambang. Jurnal Psikologi. 46(1), 63-71. doi: 10.22146/jpsi.22748
*penulis merupakan mahasiswa magang Wiloka Workshop
0 Comments