Oleh: Lucia Peppy N., S.Psi., M.Psi., Psikolog

Ketika ternyata orang di sekitarku mengalami perundungan, apa yang bisa kulakukan?

Beberapa hari ini media sosial diramaikan dengan kabar seputar pengakuan seorang pegawai lembaga negara yang ternyata sudah mengalami pelecehan seksual dan kekerasan lain di tempat kerjanya. Lebih miris karena ternyata pengalaman tersebut sudah berjalan bahkan lima tahun. Penyintas juga sudah mencari bantuan medis maupun hukum termasuk pengaduan kepada institusi tempat bekerja. Di sisi lain, juga ada pemberitaan tentang pembebasan seorang figur publik yang pernah dinyatakan bersalah melakukan pelecehan seksual kepada anak. Pro kontra seputar apa yang perlu dilakukan si figur publik pun menjadi ramai dibahas, termasuk tentang keinginannya untuk meminta maaf kepada para korban.

Dua fenomena tersebut sebetulnya hanya porsi kecil dari banyaknya kejadian perundungan fisik dan seksual di masyarakat kita. Dua kasus besar itu ibarat hanya gunung es dari kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang aktual terjadi. Beberapa penyintas memiliki support system yang baik dan menunjang sehingga mereka dapat lebih cepat pulih. Namun, beberapa penyintas lain tidak seberuntung itu. Mereka masih sangat terbatas mendapatkan akses maupun sumber daya. Akhirnya, para penyintas dengan keterbatasannya hanya membiarkan pengalaman berikut dampak luka pada dirinya dan berharap ingatan maupun dampak peristiwa buruk itu akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Situasi yang sangat memprihatinkan. Meskipun kita seakan merasa tidak berdaya karena tidak tahu dapat berkontribusi seperti apa, ada lho hal yang dapat kita lakukan terhadap orang di sekitar kita yang bisa saja ternyata adalah penyintas kekerasan seksual ini. Apa saja kah hal tersebut? Mari kita simak bersama di artikel ini.

Jadilah tempat yang nyaman dan aman: dengarkan dan pahami.

Ketika ada keluarga, kerabat, atau sahabat yang datang dan menyampaikan pengalaman perundungan, jadilah seperti kertas putih baginya. Biarkan ia menumpahkan kepenatan dan kegelisahannya. Cegah diri dari sikap ingin ingin tahu tentang pengalamannya karena justru akan dapat melukai dan merasa kembali tidak aman. Ketika ia pada akhirnya bercerita kepada kita, itu berarti ia memandang kita sebagai seseorang yang aman baginya. Dengan mendengarkannya tanpa menghakimi, itu sudah merupakan suatu bentuk bantuan besar bagi para penyintas tersebut.

Tanyakan apa yang dibutuhkannya saat ini.

Ketika dia sudah menyampaikan kepenatan dan kegelisahannya, coba tanyakan apa yang ia butuhkan. Ini juga dapat dilakukan ketika ia kembali datang kepada kita setelah ia menceritakan pengalamannya pada kesempatan sebelumnya. Namun terkadang, para penyintas ini pun tidak memahami apa yang ia butuhkan atau ia inginkan saat ini. Bila situasinya demikian, kita dapat mulai dengan memeriksa bagaimana kebutuhan dasarnya telah terpenuhi saat ini, seperti hal makan pada hari itu, apakah dia sudah cukup tidur, apakah ia merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada tubuhnya dan semacamnya. Bantulah dia untuk menjadi kuat dan berdaya lagi dari fisik dan hal dasar pada dirinya.

Bantulah dia untuk memiliki pegangan agar dapat melangkah kembali.

Para penyintas kekerasan sering kali merasakan ketidakberdayaan dalam jangka panjang. Terkadang, hal ini disebabkan oleh karena ia tidak yakin terhadap dirinya sendiri, termasuk alasan untuknya melanjutkan hidup. Bila penyintas sudah mulai terpenuhi kebutuhan dasarnya lagi, mulai dapat berinteraksi dengan kita bahkan beberapa orang di sekitarnya, maka kita dapat mulai membantunya untuk menemukan pegangan agar ia yakin untuk melanjutkan kehidupannya. Pegangan ini dapat bersumber dari orang tersayang atau harapan yang realistis yang masih dapat dijangkaunya. Ajak teman kita berpengaharapan, setidaknya bahwa masih ada teman-teman di sekitarnya yang ada untuk dia. Dapat juga membantunya untuk menemukan kembali potensi diri yang masih dapat diunggulkan dan dijadikan pegangannya saat ini.

Berupaya menghadirkan dukungan esensial.

Bila saat ini si penyintas dalam kondisi tidak stabil, maka memfasilitasi untuk menghadirkan akses sesuai kebutuhan akan menjadi dukungan esensial, misalnya membantu agar dapat mengakses layanan profesional kesehatan atau kesehatan mental, menghubungkan dengan pihak yang dapat memberikan perlindungan ataupun membantunya untuk dapat kembali berdaya seperti mencarikan kemungkinan pekerjaan atau usaha. Bentuk dukungan esensial juga dapat sesederhana menjadi tempat sementara berteduh bagi penyintas yang merupakan kerabat dekat atau mencarikan akses untuk penyintas dan anak-anaknya misalnya kepada lembaga berwenang yang dapat dipercaya. Hal penting di sini adalah bahwa dukungan yang kita berikan berdasarkan pada kebutuhan si penyintas dan bukan berdasarkan apa yang menurut kita paling penting untuknya.

Mendampingi dan menemani proses pemulihannya.

Hal bermakna yang juga dibutuhkan oleh penyintas adalah adanya orang-orang yang mendampinginya dalam proses pemulihannya. Ini terkadang membutuhkan waktu panjang dan mudah menimbulkan gejolak kelelahan. Mendampingi dan menemaninya berproses itu tidak berarti bahwa kita harus bersama dia 24 jam sehari selama 7 hari seminggu. Yang terpenting adalah bahwa penyintas tersebut paham dan dapat merasakan bahwa kita bersama dia dan ada untuknya. Dua pesan ini yang penting untuk dipahami penyintas, bukan sekedar tentang keberadaan fisik kita bersama dia. Penting untuk menyampaikan secara eksplisit tentang keberadaan kita, bagaimana bentuk bahwa kita akan tetap ada bersama dia dan mendukung dia. Dan yang paling penting adalah penuhilah apa yang sudah disampaikan kepadanya.

     

    Memiliki pengalaman kekerasan tentu menjadikan kehidupan seakan memiliki beban untuk dipikul sepanjang hayat. Walaupun sebetulnya dengan penanganan tepat oleh profesional kesehatan mental, dampak dan persepsinya dapat lebih terkelola dan terlokalisir. Namun demikian, para penyintas membutuhkan waktu dan prosesnya. Dukungan dari luar diri akan sangat dibutuhkan dalam proses pemulihannya. Perasaan negatif akibat pengalaman tersebut ditambah dengan kekhawatiran tentang orang di sekitanrya apakah akan mendukungnya atau membuatnya lebih menderita menjadi dua hal penting yang memenuhi medan fenomena persepsinya. Hadir menjadi bagian dari pendukung ketika penyintas ada dalam lingkaran sistem sosial kita akan berperan penting bagi si penyintas. Oleh karena itu, mari bersama-sama belajar untuk mampu memberikan respon bijak dan nyaman ketika ternyata ada penyintas kekerasan seksual di sekitar kita. Mari kita mulai dari diri kita sendiri dulu lalu kita ajak orang-orang di sekitar kita, karena #sehatkudimulaidariaku


    0 Comments

    Leave a Reply

    %d bloggers like this: