Oleh: Charlene Isaura

Sosial media, pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan kata tersebut bukan? Aplikasi sosial media seperti Instagram, Twitter, TikTok saat ini menjadi alat komunikasi yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Akses yang mudah juga menjadi salah satu pendukung loh dalam berkomunikasi melalui sosial media. Nah tahukah kamu,  menurut survei terbaru yang dilakukan oleh Kepios, We Are Social dan Hootsuite pada tahun 2019, ternyata  pengguna media sosial Indonesia didominasi oleh kalangan remaja dengan rentang usia 18-24 tahun. Kalangan remaja juga dijelaskan memiliki karakter yang sangat aktif dalam menggunakan teknologi digital berbasis internet, seperti sosial media.

Penggunaan  media  sosial  oleh  para  remaja  memiliki potensi kerentanan  untuk  menjadi pelaku maupun korban dalam berbagai perilaku menyimpang yang berbasis online. Salah satu bentuk penyimpangan berbasis online adalah Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Terdapat delapan tipe kekerasan berbasis gender online yang muncul sepanjang tahun 2017. Menurut data Association for Progressive Communications,  tipe kekerasan tersebut adalah pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), pelecehan online (cyber harassment), peretasan (hacking), konten ilegal (illegal content), pelanggaran privasi (infringement of privacy), ancaman distribusi foto/video pribadi (malicious distribution), pencemaran nama baik (online defamation), dan rekrutmen online (online recruitment).

Apabila hal tersebut terjadi, maka secara psikologis akan mengalami kerugian karena korban/penyintas mengalami depresi, kecemasan, dan ketakutan sebagai akibat dari bahaya yang mereka hadapi. Tidak hanya secara personal, keterasingan sosial juga menjadi salah satu akibat nya karena  korban/penyintas menarik diri dari kehidupan publik, termasuk dengan keluarga dan teman-teman.

Tahukah kamu kekerasan berbasis gender online dapat menghadirkan berbagai dampak negatif kepada individu yang menjadi korban/penyintas? Contoh dampak yang dapat terjadi adalah kerugian psikologis berupa depresi, kecemasan, dan ketakutan yang berlebihan. Tidak hanya secara psikologis dalam lingkup sosial korban/penyintas sering kali mengalami dampak yang berakibat pada sikap menarik diri dari kehidupan publik, seperti teman-teman dan keluarga.

 

Dengan perkembangan kehidupan digital saat ini, tantangan dan kerentanan terhadap KBGO semakin nyata di sekitar remaja. Bagaimana ya cara mencegahnya? Berikut beberapa tips yang bisa teman-teman ikuti

  1. Cek dan atur ulang pengaturan privasi. Sesuaikan pengaturan privasi media sosial teman-teman dengan level kenyamanan diri dalam berbagi data pribadi, seperti nama, foto, nomor ponsel, lokasi (geo-tag atau location sharing), aplikasi yang kamu berikan akses atas akun media sosial atau aplikasi percakapan yang kamu miliki. Sebaiknya, kita lebih mengendalikan tentang siapa atau apa saja yang dapat mengakses data pribadimu.
  2. Ciptakan password yang kuat dan nyalakan verifikasi login. Salah satu cara menghindari peretasan akun media sosial adalah  dengan menciptakan password login yang kuat (panjang dan mengandung unsur huruf, angka, dan simbol). Selain itu, penting juga untuk mengaktifkan verifikasi login. Dalam beberapa platform media sosial atau aplikasi percakapan verifikasi login disebut dengan istilah 2-Step Verification atau 2-Factor Authentication. Berlakukan juga hal ini untuk email pribadi ya.
  3. Berhati-hati dengan URL yang dipendekkan. Ada potensi bahaya ketika menekan tautan URL yang diperpendek. Bila berasal dari akun yang mencurigakan, bisa saja URL tersebut mengarahkan kita ke situs-situs berbahaya atau jahat yang dapat mencuri data pribadi kita.
  4. Jaga kerahasiaan PIN atau password pada ponsel atau laptop pribadi. Seringkali, pelaku kekerasan berbasis gender online dan offline adalah orang-orang terdekat. Sebagai pemilik akun media sosial penting untuk dapat menjaga kerahasiaan PIN atau password pada gawai/perangkat elektronik pribadi lainnya, terutama yang menyimpan data-data pribadi.
  5. Lakukan data detox. Tactical Tech dan Mozilla telah menyusun data detoks untuk mengecek keberadaan data diri pribadi di internet. Silakan coba data detox agar dapat menjadi pribadi yang lebih mempunyai kendali atas data diri di ranah online dengan mengakses https://datadetox.myshadow.org.

Itu dia beberapa tips yang bisa teman-teman ikuti untuk mencegah terjadinya Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO). Namun yang terpenting juga adalah kita mengelola dengan bijak akun media sosial yang dipunya dan mengontrol pihak yang dapat mengaksesnya. Ingat selalu bijak ya dalam menggunakan sosial media karena semua dimulai dari kita kalau bukan kita siapa lagi? have a great day ^-^

 

Referensi:

Association for Progressive Communications. (2017). Online gender-based violence: A submission from the Association for Progressive Communications to the United Nations Special Rapporteur on violence against women, its causes and consequences.

Herry Christian, J. (2020). Sekstorsi: Kekerasan Berbasis Gender Online Dalam Paradigma Hukum Indonesia. Binamulia Hukum, 9(1), 83–92. https://doi.org/10.37893/jbh.v9i1.103

‌Feryna Nur Rosyidah, Rachim, H. A., & Pitoyo Pitoyo. (2022). Social Media Trap: Remaja Dan Kekerasan Berbasis Gender Online. Sosioglobal : Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi, 7(1), 18–26. https://doi.org/10.24198/jsg.v7i1.27083.g18855

‌Kusuma, E &  Arum, N, S. (2019). Memahami dan Menyikapi Kekerasan Berbasis Gender Online. Southeast Asia Freedom Of Expression Network. https://safenet.or.id/wp-content/uploads/2019/11/Panduan-KBGO-v2.pdf

*penulis merupakan mahasiswa magang Wiloka Workshop


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: