Oleh: Lucia Peppy Novianti, S. Psi., M.Psi., Psikolog
“Aduh, aku habis nimbang kok hari ini naik 0,2 kg ya”
“Ih, dia kok sekarang kurus banget gitu ya? padahal kan makannya banyak!”
Apakah kamu termasuk orang yang sangat perhatian (bahkan rewel) dengan hal terkait tubuh dan penampilan tubuhmu? Dan kemudian secara tidak sadar melakukannya juga terhadap orang lain? Seperti mengomentari penampilan mereka tanpa diminta atau bahkan secara frontal mengkritik? Coba lihat kembali saat-saat Lebaran, menghadiri resepsi, atau acara reuni. Selain bertanya tentang kabar, komentar-komentar seputar penampilan sangat sering terlontar, entah sekedar basa-basi penghangat suasana atau betul-betul merupakan maksud yang ingin disampaikan. Bagi seseorang yang sangat dipengaruhi oleh hal penilaian penampilan diri, komentar-komentar tersebut bisa saja berakibat negatif kepada dirinya. Ketika ada komentar bahwa dirinya kok tambah subur misalnya, lalu langsung berasosiasi bahwa kita lebih gendut dan membuat kita langsung tiba-tiba melakukan aktivitas berlebihan untuk menurunkan berat badan. Mengelola tubuh dan penampilan tentu tidak salah dan justru sebetulnya hal positif, tetapi bagaimanakah cara yang sehat dalam hal pikiran dan sikap tentang penampilan ini?
Disadari atau tidak, pikiran yang terfokus kepada hal penampilan fisik tubuh dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Newman, Sontag, & Salvato (2006) menemukan bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh dapat memicu kondisi tekanan psikologis seperti kecemasan maupun depresi. Penilaian terhadap tubuh ini juga akan berpengaruh terhadap kualitas dan keinginan untuk menjalin interaksi sosial. Namun, hal tentang persepsi tubuh ini tidak secara otomatis memengaruhi identitas diri seseorang.
Nah, lalu bagaimana bila kita termasuk orang yang suka menilai atau bahkan membanding-bandingkan penampilan diri dan orang lain? Jangan cemas atau panik dulu! Memperhatikan suatu hal, terlebih pada diri sendiri, sebetulnya merupakan perilaku yang baik. Alasannya, perilaku ini sebetulnya merupakan perwujudan dari kepedulian maupun kesadaran terhadap diri sendiri. Persoalan akan muncul bila porsinya berlebih atau menjadi terlalu obsesif. Sikap berlebihan inilah yang akan dapat mengundang persoalan pada psikologis diri kita nantinya.
Maka, bagaimana ya sebaiknya bersikap tentang pengaturan tubuh kita ini? Terutama berkaitan dengan cara berpikir atau mempersepsi tubuh kita ini? Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
Temukan dan sadari apakah yang menjadi alasanmu mengapa hal penampilan tubuhmu menjadi penting dan bahkan menyita perhatianmu? Apakah berkaitan dengan nilai diri? Kesehatan? Atau jangan-jangan ada persoalan semacam ingin ‘membalas’ ketidaknyamanan atau pengalaman tidak enak di masa lalu akibat penilaian orang tentang penampilanmu? Menyadari dan memahami alasan ini akan menjadi kontrol utama sehingga dapat menghindari sikap obsesesif berlebihan.
Atur dan bila memungkinkan Kontrol pikiran membanding-bandingkan dengan individu lain. Godaan untuk membandingkan akan mudah muncul. Terlebih pada orang-orang yang memiliki perhatian berlebihan tentang penampilan, baik terhadap orang di sekitarnya atau misal pada sosok tertentu. Membandingkan akan mudah memunculkan pikiran negatif karena biasanya dalam proses membandingkan hal penampilan ini seseorang mudah terjebak menempatkan dirinya lebih rendah dari si pembanding. Bagaimana cara untuk mengontrol keinginan membandingkan ini? Salah satunya dengan lebih menguatkan pada kemampuan ‘auto-sugesti’ diri. Maksudnya di sini adalah kita membiasakan untuk memiliki suara hati positif terkait dengan penampilan ini, misalnya tanamkan bahwa ‘ada keunikan pada dirimu’, bahwa ‘aku berharga dengan kondisiku saat ini’, dan semacamnya. Melatih diri untuk membatasi pembandingan ini, misalnya secara waktu, juga dapat menjadi alternatif cara lain untuk menghadirkan sikap kontrol. Misalnya, ingatkan diri bila dalam waktu lebih dari setengah jam masih saja membahas tentang penampilan seseorang dan membandingkannya dengan diri kita.
Lakukan usaha tertentu, tidak hanya berkomentar atau mengkritik. Langkah nyata akan lebih berkontribusi positif terhadap diri dan mencegah temuan hasil riset di atas. Maka, ketika kita berpikir kok tubuh kita berukuran lebih besar maka lanjutkan dengan berfokus pada langkah apa yang perlu dan mampu kita lakukan, apakah berolahraga, apakah mengkontrol asupan makanan, apakah mengikuti program dengan ahlinya atau apa? Atau bila kita memiliki keterbatasan dengan aktivitas, adakah kira-kira cara lain sebagai alternatifnya? Misalnya mengelola pemilihan pakaian yang kita gunakan atau potongan rambut atau gaya berpenampilan lain?
Dan yang juga sangat penting adalah mengimbangi sikap membandingkan dengan latihan-latihan berkata-kata positif tentang diri sendiri. Nah, apa yang kita masukkan tentang diri sendiri ini perlu berdasarkan kondisi nyata, sehingga akan lebih mudah menguatkan kita. Oleh karena itu, kenali lagi dirimu dan temukan kebaikan atau aspek positif dalam dirimu. Mungkin bisa saja kamu berbadan sangat kurus sehingga tampak tidak menarik tapi ternyata kamu adalah seorang yang sangat peduli dan penuh dukungan kepada orang lain. Atau ternyata kamu seseorang yang punya bakat yang luar biasa dalam membuat tulisan inspiratif. Nyatakan hal-hal positif tersebut kepada dirimu sendiri pula. Hadirkan terus pula capaian atas kelebihanmu yang telah kamu miliki. Sekecil apapun.
Memiliki penampilan yang baik dan menarik tentunya menjadi dambaan banyak orang. Biasanya terutama pada perempuan. Berusaha untuk mengelola tubuh agar berpenampilan menarik juga memiliki nilai positif sejauh tidak menimbulkan sikap obsesesif maupun kecemasan berlebihan. Walaupun demikian, yang juga tak kalah pentingnya adalah mampu menampilkan kualitas diri yang menarik kepada orang di sekitar kita. Yuk luaskan pikiran dan pemahaman kita….
Sumber bacaan:
Newman, D. L., Sontag, L. M., & Salvato, R. (2006). Psychosocial Aspects of Body Mass and Body Image among Rural American Indian Adolescents. Journal of Youth and Adolescence. 35 (281-291).
Oleh: Sinta Damayanti Membahas manfaat dari membaca buku memang tidak ada ujungnya. Seperti yang kita ketahui, membaca buku dapat menambah wawasan secara luas, mempelajari topik baru, mengisi waktu dengan kegiatan produktif, hingga mengasah daya imajinasi Read more…
Oleh: Syafira Dyah Setyowati Menurutmu, apa benar saat ini kau masih mencintaiku? Menurutmu, apa yang bisa dicinta dari diriku? Bukan apa, hanya bersiap, tak ada yang tahu, aku takut Tak pernah ada yang lama menungguku Read more…
Oleh: Sinta Damayanti Para penulis atau penggiat seni yang bergelut dalam kreativitas kerap kali dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Begadang, pola makan tidak teratur, isolasi diri, hingga strategi menghadapi stres dengan cara negatif. Read more…
0 Comments