Oleh: Lucia Peppy Novianti, S. Psi., M. Psi., Psikolog

Kehadiran buah hati dalam keluarga tentunya menjadi masa yang sangat menggembirakan. Namun, sering kali ada tantangan tersendiri ketika penantian pada anak kedua atau ketiga, yakni tentang membangun pemahaman kepada si sulung atau para kakaknya. Beberapa orang tua mengkhawatirkan tentang apakah kakak akan mampu menerima adik, bagaimana supaya kakak bisa menyayangi adik sampai pikiran agar kakak dan adik dapat jauh dari persaingan kakak adik (sibling rivalry). Sayangnya, sering kali juga ada kondisi di luar keluarga yang justru memperburuk situasi, seperti adanya candaan dari orang sekitar seperti menyatakan “Nanti Ayah dan Ibu tidak sayang lagi lho sama kamu karena sudah ada adik” atau bahkan yang dapat sangat menyayat hati pernyataan seperti “Ibu jahat ya sama kamu, udah mau ada adik aja”. Nah, bagaimana ya kita dapat mempersiapkan buah hati agar memiliki kesiapan bagi sang Kakak? Dari kelas Parenting Online tentang “Mengelola Konflik Kakak Adik” yang diselenggarakan Wiloka Workshop beberapa waktu lalu, ada beberapa poin yang dapat kita pelajari. Yuk kita tengok bersama…. 

1. Tanamkan kepada kakak bahwa kehadiran Adik adalah anugerah, berkat bagi keluarga, bukan suatu beban apalagi ancaman. Hal ini dapat mulai ditanamkan Ayah dan Ibu sejak calon adik di dalam kandungan. Jelaskan dengan bahasa sederhana dan sesuai usia anak bahwa kehadiran adik adalah sesuatu yang membahagiakan, bahwa kehadiran adik tidak akan berdampak pada berkurangnya kasih sayang dari Ayah Ibu kepada si kakak. Ini sangat penting disampaikan secara eksplisit (jelas, dengan bahasa konkret) dan berulang-ulang. Orang tua juga dapat membacakan kisah-kisah persaudaraan yang indah. Selain itu, kakak juga dapat dilibatkan dalam proses kehamilan Ibu, seperti mengelus, berbicara, dan berinteraksi dalam keseharian seperti bahwa adik sudah menjadi bagian dari keseharian si kakak (berpamitan kepada adik ketika akan sekolah atau ketika anak pulang lalu Ibu seperti melantangkan suara adik di perut yang menyambut sang kakak).
2. Hadirkan pengalaman-pengalaman berekspresi emosi maupun berbagi emosi yang tepat kepada anak. 
Pada anak di bawah usia lima tahun, hal emosi masih perlu menjadi fokus utama perhatian orang tuanya. Kelahiran adik akan mudah menjadi penyulut emosi pada si kakak karena merupakan pengalaman baru bagi si kakak. Pengalaman yang belum pernah dimiliki anak ini akan mudah memunculkan keingintahuan bahkan bisa jadi juga menyulut kebingungan bagi si kakak. Bila selama ini Ayah dan Ibu telah terbiasa mendampingi dan melatih anak mengelola emosi, tentunya tinggal dilanjutkan saja dengan memberi kesempatan si kakak untuk menyampaikan apa yang dirasakannya melalui bahasa atau caranya mengenai kehadiran orang baru di keluarga. Kunci mendampingi emosi anak adalah dengarkan apa yang anak rasakan dan anak pikirkan terkait pengalaman akan penantian kehadiran sang adik. Apa yang menjadi ketakutan kakak sekaligus dorong pula apa yang menjadi ‘excitement’ atau pendorong antusiasme kakak. Orang tua berperan sebagai pendengar yang baik sekaligus penguat maupun pendorong. Selain itu, orang tua dapat pula memberikan koreksi terhadap persepsi anak yang kurang tepat terkait kehadiran adik (biasanya bersumber dari pernyataan-pernyataan negatif orang di sekitarnya ). Ketika anak sedang menyampaikan gejolak perasaannya, dengarkan dengan baik. Tahan diri untuk langsung bereaksi apalagi menasihati, karena pada tahap ini anak sangat butuh didengarkan dan dipahami. Setelah itu anak mendapatkan ruang dan merasa dipahami, Ayah dan Ibu dapat melanjutkan dengan menguatkan emosi-emosi positif pada diri anak.
3. Berikan ‘penghargaan’ yang sama kepada kakak ketika si adik lahir
Ketika adik lahir, biasanya perhatian hampir sebagian besar tertuju kepada si bayi, baik pada orang tua maupun keluarga besar. Banyak orang datang dan berfokus pada si adik. Bahkan, banyak pula yang memberikan tuntutan-tuntutan kepada kakak seperti “Kamu udah punya adik, jangan nakal ya”, padahal kakak tidak berbuat apa-apa. Atau “Adiknya disayang ya”, padahal si kakak memang telah sayang ke adik, kalimat ini dapat menjadi semacam tuduhan. Atau kalimat perintah seperti “Kamu udah punya adik, sekarang mengalah ke adik ya”, kalimat yang seakan mengesankan bahwa adik telah ‘merebut’ sesuatu dari  si kakak. Bayangkan bila anda berada pada posisi kakak, apa yang kira-kira Anda rasakan? Wajar tidak bila lalu muncul emosi negatif tentang kehadiran adik? Oleh karena itu, jangan lupa memberikan penghargaan terhadap posisi dan peran si kakak. Hal ini dapat diwujudkan dengan memberikan suatu hadiah yang bersamaan dengan pemberian hadiah kepada si adik (ini dapat kita upayakan dengan meminta kepada keluarga terdekat) atau memberikan kalimat-kalimat penghargaan daripada tuntutan, seperti “Wah, hebat sekarang sudah menjadi kakak”. Atau misalnya “Adik pasti akan sangat perlu bantuan kakak ni karena adik masih sangat kecil”. Kalimat-kalimat yang di dalamnya memberi pernyataan bahwa kakak memiliki makna penting pula pada keluarga dan kehadiran si adik baru.
4. Perilaku kakak yang terlihat ‘tidak biasa’ atau ‘tidak tepat’ setelah adik lahir sebetulnya menunjukkan kebutuhan akan kasih sayang, sebuah alarm.
Memiliki bayi (kembali) akan memberikan tantangan sendiri (kalau tidak mau menyebutnya dengan kerepotan), apalagi bila jarak kakak dan adik agak jauh. Kelelahan, kurang tidur, dan sebagainya mengikuti orang tua dengan bayi baru lahir. Tantangan akan semakin dirasakan terlebih bila kedua orang tua bekerja dan tidak ada orang lain yang menjadi asisten d rumah. Tak jarang, si kakak pun akan terkena dampaknya, seperti terabaikan dan bahkan secara tidak sadar menjadi objek kelelahan si orang tua. Anak pun akan bereaksi, salah satunya dengan perilaku-perilaku anak yang tidak biasa bahkan perilaku yang ‘tidak tepat’ seperti mudah teriak, merengek, melempar-lempar, dan sebagainya. Maka, alih-alih langsung terhanyut ke situasi emosional tersebut, coba Ayah dan Ibu ambil jeda sesaat dan amati. Apakah sedang dalam kondisi kurang perhatian ke kakak? Ambil nafas sesaat dan bergeser ke ruang lain  yang lebih menangkan untuk mempersiapkan diri kembali menghadapi si kakak yang sedang bertingkah. Lalu setelah siap, peluk dan cium anak untuk menenangkan kondisinya. Bila anak sudah lebih tenang, kembali ke poin kedua yakni ajak anak untuk mengekspresikan perasaan yang sedang dialami. Bantu anak untuk mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan dan ia pikirkan. Nah, untuk mencegah kondisi ini, Orang tua perlu mengatur jadwal rutin untuk bersama si kakak setiap hari, walau hanya sebentar saja. Misalnya, ketika adik tidur, maka Ibu menemani anak bermain bersama atau sekedar bercanda. Walau hanya sebentar tetapi bila dilakukan rutin, kakak akan terhindar dari pemikiran kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Dan bila memang kondisi adik sedang harus lebih diperhatikan (seperti ketika datang masa growth spurt atau bila adik sakit) sampaikan ke kakak bahwa Ibu (atau Ayah) minta maaf karena akan lebih banyak bersama adik karena adik sakit. Berikan penjelasan secara jelas dan terbuka kepada kakak. Memberikan pengertian kepada anak penting untuk mencegah pemikiran negatif kakak tentang hilangnya kasih sayang orang tua kepada dirinya.
5. Ajaran keyakinan dapat menjadi cara penguat: dekatkan dengan Tuhannya
Menanamkan nilai-nilai keimanan berkaitan dengan kehadiran adik akan dapat pula menjadi cara untuk membuat kakak penuh pikiran positif. Tanamkan kepada kakak bahwa adik adalah bentuk cinta yang dihadirkan oleh Sang Pencipta, bahwa Tuhan menghendaki umatNya saling menyayangi termasuk antara kakak dan adik. Dan bahwa TUhan menyayangi umatNya yang mampu memberikan kasih sayang yang penuh termasuk kepada adik dan keluarga. Nilai-nilai ini dapat ditanamkan dengan menggunakan kisah-kisah sesuai ajaran agama masing-masing ataupun dengan menghadirkan dongeng-dongen yang akan mudah masuk pada dunia imajinasi anak.
Ayah dan Ibu, mempersiapkan kakak ternyata penting pula ya sebagai bagian dari persiapan atas kelahiran anggota keluarga baru, si adik. Bukan saja untuk kesejahteraan kakak semata namun juga untuk menghadirkan keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga. Semoga bermanfaat

Categories: Keluarga

0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: