Beragam komentar yang sering muncul menanggapi tentang hal diet di sekitar kita. Bisa jadi ketika kita adalah salah satu si pelaku diet. Atau bisa jadi juga kita adalah orang yang berkomentar terhadap orang terdekat yang sedang melakukan diet. Ada apa dengan diet sehingga mudah menjadi penarik perhatian?
Diet pada hakekatnya adalah sebuah upaya pengaturan asupan makanan ke tubuh kita dalam rangka menunjang kesehatan tubuh. Maka coba tengok, bila kita sedang menengok kerabat yang sedang rawat inap, pada informasi pasien di dekat tempat tidurnya salah satu keterangannya adalah diet apa. Pada kondisi tersebut, si pasien sedang dalam pengaturan hal asupan makanannya dalam rangka menunjang kepulihan dari kondisi sakit. Diet tidak sekedar penurunan berat badan tetapi sebetulnya adalah upaya mengelola kesehatan tubuh melalui pengaturan makanan dan minuman yang masuk.
Secara lebih awam, diet pun lebih sering diasosiasikan sebagai upaya penurunan berat badan. Ya, mungkin maksudnya adalah pengaturan makanan dalam rangka mengelola berat badan sehingga menjadi ideal atau sesuai target dan harapan. Padahal, diet ini pun dapat berupa pengaturan makan agar berat badan lebih bertambah. Ada lho sodara-sodara kita yang sangat “underweight” dan sangat kesulitan untuk menaikkan bobot tubuhnya sehingga juga melakukan diet.
Oke, kita tinggalkan tentang terminologi diet. Yang kemudian banyak pula berkembang saat ini adalah bagaimana diet itu juga ternyata berkontribusi terhadap proses psikologis seseorang. Ilustrasi di atas menggambarkan fenomena yang marak terjadi pada seseorang yang menjalani diet. Mulanya adalah bahwa sering kali muncul pikiran berlebihan tentang efek atau target diet dijalani. Upaya diet yang tidak segera diikuti dengan penurunan berat badan seperti harapan (apalagi bila melakukan dengan teknik tertentu yang diinfokan memiliki dampak signifikan dan cepat) mudah mengundang kegelisahan pada diri. Berikutnya adalah ketika berbagai upaya dilakukan namun tak kunjung memberikan hasil. Sesorang sering kali berfokus hanya pada tren yang sedang berkembang daripada melihat dulu kondisi dirinya. Banyak pula yang karena mengikuti tren justru tidak memiliki kesadaran tentang apa yang ia lakukan dengan dietnya. Atau karena sebetulnya belum merasa ingin melakukan hal tersebut tetapi di sisi lain pikirannya tetap ingin melakukan. Dietnya pun menjadi tidak efektif misalnya karena perilaku cheating yang tidak disadari, lalu ketika hasil tidak kunjung hadir sesuai harapan, mudah pula menimbulkan tekanan psikologis bahkan frustasi. Situasi lain yang mudah ditemui adalah ketika si pelaku diet ternyata masih menyangkal bahwa ia sedang melakuakn diet. Ada banyak orang yang masih tidak mau mengakui bahwa ia memilih melakukan diet. Banyak penyebab kondisi ini terjadi, seperti bahwa ia merasa pilihan diet akan menurunkan nilai dirinya atau pikiran bahwa ia tidak mau diketahui melakukan diet. penyangkalan ini pun dapat mudah menyertai munculnya tekanan psikologis pada diri. Selain persoalan pada si pelaku diet, ada pula persoalan psikologis yang dialami pelaku diet dari orang lain. Ya, berbagai komentar negatif atas perilaku diet mudah pula berdampak negatif pada seseorang. Ini pun menjadi salah satu penyebab seseorang masih menyangkal upaya diet yang sedang dilakukan.
Bagaimana pikiran kita perlu pula dipersiapkan dalam proses menjalani diet yang ingin kita lakukan. Hal ini dibutuhkan agar proses diet yang sebetulnya baik untuk pengaturan tubuh perlu pula dijaga agar tidak justru menimbulkan dampak lain seperti kecanduan, rasa frustasi, merasa bersalah, dan semacamnya. Oleh karena itu beberapa hal yang akan menjadi pendukung positif atas pilihan melakukan diet untuk pengaturan tubuh kita antara lain:
1. Tahu mengapa ingin melakukan diet
Langkah awal dan terpenting tentunya memiliki dasar dulu apa sih tujuan kita melakukan diet ini. Apakah karena ingin menurunkan berat atau menambah berat? Karena kondisi kesehatan kita (misalnya kolestrol yang terlalu tinggi atau asam urat misalnya)? Atau jangan-jangan lebih karena ingin mengikuti ‘tren’ yang artinya gaya hidup? Akan sangat baik bila kita mampu merumuskan alasan ini secara detail. Misalnya: aku ingin diet karena ingin berpenampilan lebih baik. Bagian manakah yang ingin ‘diperbaiki’ itu? Perlu diperjelas. karena tidak selalu lho persoalan penampilan itu akan langsung terselesaikan setelah berat badan menurun. Bisa jadi bobot menurun tapi bentuk tubuh tidak mengikuti. Atau bisa jadi persoalannya bukan pada bobot tubuh tetapi lebih pada postur tubuhnya? Itu lah pentingnya memahami tujuan dari diet yang kita lakukan sehingga ketika ada hasil atau dampak, kita akan memiliki kesiapannya.
2. Menerima dan mengakui bahwa kita sedang melakukan diet karena memang menginginkan atau membutuhkan
Bagian ini juga menjadi bagian penting berikutnya. Terkadang, yang menjadi beban atau justru penghambat adalah ketika kita melakukan diet tetapi justru kita menyangkalnya. Beberapa orang melakukan ini karena menganggap bahwa bila melakukan diet itu seperti menurunkan nilainya sendiri. Memang terdengar aneh, tapi ada beberapa orang yang berada pada kondisi ini lho. Akibatnya, diet yang dilakukan pun menjadi tidak efektif. Selain karena ia penuh tekanan, ia pun akhirnya menjadi ‘bertopeng’ ketika berada di tempat umum. Yakinkan diri sendiri bahwa diet yang dilakukan dan dipilih adalah adalah yang kita inginkan dan kita perlu percaya diri untuk mengakuinya.
3. Memiliki pedoman atau pegangan jelas serta memahami batasan untuk diri kita
Nah, ini ni juga yang sering kali lupa dipersiapkan. Ketika memutuskan ingin melakukan diet atau pengaturan makanan dalam rangka mencapai tujuan seperti nomor 1, coba awali pula dengan pengetahuan tentang cara diet yang ingin kita lakukan. Akan sangat baik bila sumber informasi tersebut terpercaya apalagi dari ahlinya, daripada sekedar coba-coba. Tujuan untuk mempersiapkan pedoman atau pegangan ini adalah agar apa yang kita lakukan berada pada jalur yang benar. Selain tentang cara dietnya perlu pula untuk mengenali proses bahkan bisa jadi efek samping atas tindakan itu. Apapun, pasti ada risiko atau efeknya, walau yang negatif bisa saja sangat minimal. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan diri kita terhadap kejadian di luar kontrol kita. Adanya kesiapan mental terhadap kondisi negatif ini juga dapat menjadi benteng dari tekanan psikologis yang kadang ikut menyertai atas diet yang kita lakukan.
4. Berlatih refleksi diri dan rutin mempraktikkannya
Nah, untuk dapat menjaga kebugaran mental kita selama menjalani diet, maka perlu pula menambahkan agenda berefleksi ketika menjalankan diet itu sendiri. Selama melakukan diet, biasakan secara berkala mengamati diri sendiri. Apakah yang aku lakukan sesuai tujuan dan kebutuhanku? Apa yang aku rasakan terhadap hasil sejauh ini? Melihat kembali apa yang membuat berhasil dan apa yang membuat gagal. Dan mengenali apa saja yang sudah aku usahakan selama ini. Proses berefleksi dan mempraktikkan secara rutin ini akan mampu memberikan penguatan dan penghargaan terhadap diri kita. Selain itu, proses ini pun akan dapat menjadi pencegah agar kita mampu berada pada konteksnya, pada tujuannya, dan pada cara yang tepat sehingga meminimalkan dampak psikologis lain.
Tidak ada yang salah dengan melakukan diet. Justru sebetulnya dengan melakukan diet ini kita sedang berusaha untuk lebih mencintai diri sendiri dengan berupaya mengelola tubuh. Namun, tanpa memiliki kesadaran akan apa yang kita lakukan, dalam hal ini diet, akan justru dapat mengubah upaya dari mencintai diri sendiri menjadi menyakiti diri sendiri. Tentu kita tidak mau melakukannya bukan? Mari melakukan diet secara sehat dan benar, tidak hanya secara fisik namun juga pikiran.
0 Comments