Oleh: Yoga Padma Wanny

 

Jemari mengetuk perlahan

Kaki bergoyang naik dan turun

Mata memandang sekitar, mencari hal yang menarik perhatian

Mulut menghembuskan napas panjang dan

Pikiran melayang entah kemana, mencoba mengingat ingatan lampau atau sekadar berimajinasi tentang masa depan atau tentang kesegaran es teh di kantin kampus

 

Sebagai seorang mahasiswa, saya dengan berat hati mengakui bahwa inilah rutinitas wajib yang tidak bisa dilewatkan setiap mahasiswa di kelas. Apalagi kalau dosennya “killer” dan tidak mengijinkan mahasiswa menggunakan hape di kelas. Bosen bet dah rasanya…

Seakan-akan ada racun di sekujur tubuh yang membuat kita mengantuk, sulit konsentrasi, dan tidak semangat. Kalau sudah bosan, tentulah kita akan mencari cara untuk kabur dari suasana tersebut.  Namun, pernahkah Teman Wiloka bertanya-tanya mengapa kita mengalami kebosanan?

 

Kerentanan Manusia

Pada dasarnya, manusia adalah spesies yang bertahan hidup dengan memodifikasi lingkungannya. Kecenderungan ini membuat kita terbiasa hidup dengan aktif. Pada masa modern, lingkungan hidup sudah berkembang sedemikian rupa dan tidak lagi perlu dimodifikasi untuk mempertahankan hidup kita. Akan tetapi, kecenderungan manusia sebagai makhluk yang aktif tidak serta merta menghilang.  Oleh karenanya manusia selalu mencari berbagai cara untuk menyalurkan tenaga dan pikirannya kepada berbagai hal. Baik melalui kegiatan yang bersifat wajib ataupun berbagai hobi untuk mengisi waktu. Kebiasaan hidup aktif ini menyebabkan manusia cukup rentan kepada perasaan bosan akibat keinginan yang tidak tersalurkan. Keinginan yang menumpuk akan menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Secara psikologis, terdapat faktor internal dan eksternal yang menyebabkan hambatan dalam menyalurkan keinginan. Faktor internal terletak pada kurangnya motivasi atau imajinasi kita untuk melakukan suatu kegiatan. Sementara kurangnya rangsangan pada lingkungan sekitar menjadi salah satu faktor eksternal utama. Perasaan bosan sendiri terjadi karena kita menyadari hadirnya keinginan yang perlu disalurkan, akan tetapi kita sendiri tidak mampu menyalurkannya. Semakin kita menyadari rasa bosan tersebut, maka semakin bosanlah kita.

 

Kebosanan vs. Manusia

Peneliti telah lama mencurigai bahwa kebosanan bisa menjadi pintu masuk kepada perilaku yang menyimpang seperti penggunaan alkohol, NAPZA, makan berlebihan bahkan sebagai sumber munculnya keadaan psikologis negatif seperti depresi. Kebenaran bahwa manusia sangat membenci kebosanan ditambah dengan efek negatifnya membuat usaha kita untuk melawan perasaan ini begitu besar.

Contoh saja industri hiburan yang begitu besar dan memberikan kesuksesan bagi para entertainer. Kemajuan teknologi telah berhasil menyajikan semua hiburan di genggaman tangan kita. Kalau bosan tinggal menyentuh layar saja dan kita bisa mendapat hiburan yang diinginkan. Dalam sekejap menghilang sudah kebosanan tersebut. Semua kemudahan ini seolah-olah membuat kita telah mengatasi kebosanan.

Akan tetapi, kebiasaan menghibur diri saat merasa bosan sebenarnya malah membuat kita semakin bosan lho… Nah, pada artikel berikutnya Teman Wiloka akan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi rasa bosan yang pastinya berdasarkan penelitian psikologis. Stay tuned…


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: