Oleh : Vicky Sunjaya

Siapa yang tidak tahu arti dari peribahasa di atas? Karena salah ucap, kita bisa berantem dengan gebetan; karena mendengarkan satu bad news, kita bisa bad mood seharian; karena pernah melanggar hukum, mantan napi sekarang susah cari kerja. Semua hal terlihat salah karena satu kesalahan. Pernahkah teman Wiloka bertanya, “Kenapa ya kita memiliki pandangan seperti itu?”

 

Bias Pemikiran

Mari kita kenalan dulu dengan yang namanya “bias”! Menurut American Psychological Association (n.d.), bias adalah sebuah kecenderungan atau predisposisi untuk meyakini atau menentang suatu hal. Bias juga dapat dimaknai sebagai prasangka tertentu terhadap seseorang ataupun suatu hal (Psychology Today, 2009). Bias merupakan suatu hal yang wajar dimiliki oleh setiap orang. Ketika cara berpikir “tertentu” juga dimiliki oleh semua orang, “itu” baru bisa disebut sebagai bias.

Ada beberapa jenis bias, salah satu contohnya adalah sebagai berikut. Ketika kita mengalami  pengalaman yang baik dan buruk dalam satu hari sekaligus, kita akan cenderung bercerita tentang musibah yang kita alami. (Iqbal, 2018). Meskipun hari ini kita gajian; gebetan setuju ketika diajak nge-date; cicilan kredit motor lunas, kita akan cenderung bercerita tentang lembur kerja seperti, “Tadi lembur sampai jam 10, pas pulang hujan deras, tiba-tiba motor mogok, sampai rumah basah kuyup.” Walaupun kita melalui banyak hal bagus, bias negatif dapat membuat kita terfokus pada satu hal buruk yang terjadi (Moore, 2019).

 

Bias Negatif

Kita punya kecenderungan untuk lebih terfokus pada informasi atau pengalaman yang negatif ketimbang yang positif (Iqbal, 2018). Kita juga cenderung lebih mementingkan akibat negatif dibandingkan pada akibat positif saat memutuskan sesuatu (Psychology Today, 2009). Positif di sini berarti sesuatu yang diinginkan, bermanfaat, serta menyenangkan sementara negatif berarti tidak diinginkan, berbahaya, atau tidak menyenangkan (Vaish dkk., 2008). Kita juga cenderung mengingat pengalaman traumatis daripada yang menyenangkan; memikirkan kritikan daripada pujian; serta memerhatikan berita buruk daripada berita baik (Cherry, 2022; Moore, 2019; Wu, 2013). Semua ini termasuk sebagai bias negatif.

Wah, penjelasan tentang bias negatif ini kedengarannya seperti berita negatif yang penting untuk didengar ya! Rupanya, cara berpikir ini dipercaya merupakan fungsi hasil dari evolusi (Cherry, 2022; Moore, 2019). Pada zaman dahulu, bias negatif ini membantu kita sehingga bisa bertahan hidup, eksplorasi dengan hati-hati, dan menghindari situasi berbahaya (Vaish dkk., 2008). Lebih kerennya lagi, riset mencetuskan bahwa bias negatif ini sudah muncul sejak masa bayi (Cherry, 2022). Fungsi ini membantu bayi agar terhindari dari sesuatu hal “baru” yang mungkin berbahaya. Secara keseluruhan, bias negatif ini sebenarnya bukanlah hal yang buruk.

Cara berpikir yang membuat kita sangat waspada pada bahaya ini justru membuat kita memandang negatif orang lain, mengingat kenangan memalukan dan kritikan, hingga benar-benar berpikiran negatif tentang trauma masa lalu. Lalu apa yang bisa kita lakukan?

 

Cara Mengatasi Bias Negatif

Setelah mengenali tentang bias negatif dan “bahaya” yang bisa timbul darinya, tentunya kita perlu mengetahui beberapa trik untuk menjalani hidup dengan positif.

  • Hentikan negative self-talk

Kita perlu aktif memperhatikan pikiran-pikiran yang muncul sepanjang hari dan mengenali pikiran yang membantu dan yang tidak (Moore, 2019). Ketika terpikirkan hal yang tidak baik, hentikan komentar tersebut (Cherry, 2022). Kita perlu mencoba menggantinya dengan komentar yang menyemangati diri atau memikirkan hal yang menyenangkan.

  • Membingkai ulang perspektif

Ketika menemukan diri menginterpretasi hal secara negatif atau hanya memfokuskan pada aspek negatif dari suatu hal, kita perlu mencari cara untuk menyusun ulang situasi dengan lebih positif (Cherry, 2022). Misalnya, saat hujan setelah lembur, kita bisa melanjutkan pekerjaan. Dengan begitu, tugas kerja selesai lebih cepat dan selanjutnya bisa lebih santai.

  • Nikmati momen-momen indah

Ketika suatu hal yang baik terjadi, berhentilah sebentar dan nikmati momen-momen bagus tersebut (Moore, 2019). Kita juga bisa melihat kembali pada foto momen bahagia yang sudah lewat dan mengingat kembali perasaan positif yang muncul.

 

Secara keseluruhan, semua orang bisa punya cara berpikir bias negatif ini. Kita memang lebih perhatian dan waspada terhadap hal-hal negatif. Namun, kita tidak boleh berpikir negatif terhadap diri sendiri, apalagi orang lain. Ketika kita merasa negatif, kita sebaiknya mundur selangkah, menenangkan diri, dan memulai lagi dengan pandangan yang fresh.

 

Referensi:

American Psychological Association. (n.d.). Bias. Dalam APA Dictionary of Psychology. Diakses tanggal 28 Februari 2023 dari https://dictionary.apa.org/bias

Cherry, K. (2022, 14 November). What is the Negativity Bias? Diakses tanggal 28 Februari 2023 dari https://www.verywellmind.com/negative-bias-4589618

Iqbal, M. (2018, 30 November). Mengenali Bias dalam Cara Berpikir Kita. Diakses tanggal 28 Februari 2023 dari https://pijarpsikologi.org/blog/mengenali-bias-dalam-cara-berpikir-kita?rq=bias

Moore, C. (2019, 30 Desember). What is negativity bias and how can it be overcome? Diakses tanggal 28 Februari 2023 dari https://positivepsychology.com/3-steps-negativity-bias/

Psychology Today. (2009, 17 Maret). Bias. Diakses tanggal 28 Februari 2023 dari https://www.psychologytoday.com/us/basics/bias

Vaish, A., Grossmann, T., & Woodward, A. (2008). Not all emotions are created equal: The negativity bias in social-emotional development. Psychological Bulletin, 134(3), 383–403. doi:10.1037/0033-2909.134.3.383 https://sci-hub.se/10.1037/0033-2909.134.3.383

Wu, P. F. (2013). In Search of Negativity Bias: An Empirical Study of Perceived Helpfulness of Online Reviews. Psychology & Marketing, 30(11), 971–984. doi:10.1002/mar.20660 https://sci-hub.se/10.1002/mar.20660

*penulis merupakan mahasiswa magang Wiloka Workshop


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: