oleh : Izza Puspitasari
Melihat media sosialyang saat ini semakin dibanjiri unggahan foto atau video memperlihatkan gaya hidup, akhirnya mudah memicu pandangan kita tentang gaya hidup hedonis. Rupanya tidak hanya public figure lho yang saling berlomba-lomba memperlihatkan gaya hidup kekinian, masyarakat pun mulai banyak yang bergaya hidup hedonis. Gaya hidup hedonis, seperti menggunggah foto atau video pose dari tempat favorit di berbagai belahan dunia, tampil dengan busana yang glamor dan bermerek, atau menyetir mobil impor lalu mudah menjadi tujuan hidup yang ingin dicapai.
Hedonisme merupakan pandangan yang mempercayai kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan hidup semata. Seseorang dengan gaya hidup hedonis lebih menyukai aktivitas mencari kesenangan hidup, membeli barang mahal yang disenangi, memilih kelompok teman yang bergaya menengah ke atas, hidup serba mewah atau hidup berlebihan dan senang menjadi pusat perhatian (Kotler, 1997). Semakin mahal harga barang yang dipakai atau semakin mewah tempat-tempat yang dikunjunginya maka akan semakin meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri seseorang dengan pola hidup hedonis.
Pola hidup hedonis ternyata tidak muncul dengan sendirinya lho. Pola berfikir kita, media sosial dan pengaruh dari teman ternyata dapat menjadi pemicu kita bergaya hidup hedonis. Bagaimana bisa pola berfikir menjadi pemicunya? Awalnya, kita melihat seseorang berdasarkan barang mewah yang dipakai. Kemudian ada persepsi dan penilaian positif terhadap hal tersebut. Hal ini lalu berkembang menjadi sikap seakan meyakini bahwa yang  kita pun perlu memiliki gaya hidup demikian agar menjadi lebih nyaman hidupnya (berdasarkan persepsi sebelumnya). Akibatnya, kita pun menjalani gaya hidup tersebut bahkan tidak sadar melakukan peniruan yang bisa jadi berlebihan.
Apa sih bahayanya jika membiarkan diri kita masuk ke gaya hidup hedonis? Ketika ada keinginan yang tidak terpenuhi, kita akan merasa terancam dengan keadaan modernisasi yang terus berkembang dan merasa tertekan ketika tidak bisa mengikuti tren masa kini. Akibatnya, kalau dibiarkan terus menerus kita akan mengalami stres.
Nah, bagi yang sudah terlanjur bergaya hidup hedonis, bagaimana caranya supaya berhenti dari gaya hidup hedonis? Ubah cara berfikirmu. Ubah standar yang sudah kamu buat sendiri bahwa semakin bergaya hidup kekinian atau modern, maka semakin banyak penghargaan yang kita dapatkan. Percayalah, orang lain kagum atau menghargai kita tidak melulu karena materi yang kita miliki. Selain itu, setiap manusia diciptakan memiliki potensi masing-masing. Yang perlu kita lakukan adalah optimalkan potensi yang kita miliki sehingga terus berkembang. Olah diri sehingga menjadi pribadi yang layak untuk dihargai oleh orang lain karena potensi yang kita miliki.
*Penulis merupakan siswa magang batch 2 Wiloka Workshop Yogyakarta
 
Sumber bacaan :
Kotler, P & Amstrong, G. (1997). Principlis of Marketing Edisi 3, alih bahasa Sindoro dan Molan. Jakarta: Prenhanlindo


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: