Saya diterima kerja di salah satu SD swasta sebagai shadow teacher. Saat ini saya belum masuk kerja, entah kenapa saya selalu berfikir apakah saya dapat beradaptasi di lingkungan kerja, lalu saya juga cemas dan memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Inti nya sih saya sudah cemas duluan karena takut tidak bisa bersosialisasi di tempat saya bekerja nanti.
Mencemaskan sesuatu yang belum pernah dialami sebetulnya sangat wajar dialami setiap orang. Mengapa? Karena pada dasarnya seseorang akan memiliki pikiran tentang apa yang akan dialami ketika memasuki hal baru tersebut sehingga menimbulkan suatu perasaan tertentu yang disebut dengan kecemasan. Biasanya, rasa cemas ini akan dialami pada hal-hal yang belum pernah dialami atau tergambar sebelumnya, seperti masa depan, hari esok, lingkungan baru, dan sebagainya.
Kecemasan tentang menghadapi hal baru ini sebetulnya akan justru menjadi nilai positif bagi diri kita karena akan membuat kita waspada, ‘alert’, sehingga kemudian mempersiapkan diri dengan hal-hal yag dibutuhkan. Bila respon ini yang kemudian muncul setelah kecemasan akan masa depan datang, maka biasnya diri kita akan mampu mengarahkan energi dan tindakan untuk melalukan hal-hal terkait pembekalan diri, seperti mencari informasi tentang hal baru yang akan dimasuki tersebut (baik dari internet atau mencoba mencari informasi langsung dari narasumber terpercaya) juga dilanjutkan dengan menyiapkan hal-hal teknis yang diperlukan. Misalnya dalam kasus ini kamu lebih berfokus mencari informasi tentang bagaimana sih guru shadow yang efektif dan menyenangkan, atau tentang sistem di sekolah itu dan apa saja yang harus kamu persiapkan, serta berbagai hal teknis lainnya.
Namun, bila seseorang memelihara bahkan memupuk terus rasa cemasnya, kecemasan yang seharusnya menjadi sistem persiapan dan alarm ini dapat juga justru berubah menjadi sumber perilaku non-produktif. Salah satu tandanya adalah apabila berbagai pikiran cemasmu itu kemudian lebih banyak diikuti dengan keinginan untuk berdiam diri dan mundur daripada bergerak aktif dan melakukan hal-hal persiapan. Bila kita sedang dilanda kecemasan lalu membiarkan diri terus masuk pada situasi non produktif maka justru akan dapat membawa dampak negatif dari kecemasan dalam diri kita.
Lalu bagaimana ya caranya agar dapat menjaga kecemasan yang dirasakan untuk bergerak ke arah positif? Lakukan upaya ‘kontrol pikiranmu’. Salah satu caranya adalah dengan dengan memasukkan pikiran-pikiran positif (dalam istilah psikologi disebut dengan afirmasi positif) lebih banyak daripada pikiran terkait kecemasanmu, minimal sama. Ini dapat dimulai dengan kembali mengkondisikan diri pada situasi positif lebih banyak daripada situasi negatif. Ketika berbagai pikiran negatif datang, langsung ikuti dengan counter positifnya. Misalnya bila ada pikiran “Waduh besok pasti sulit banget ni, kalau menghadapi anak yang nakal, pasti aku yang akan ditugasi untuk meng’handle’nya. Sesaat setelah kalimat itu hadir langsung counter dengan pernyataan-pernyataan positif “jadi guru shadow itu menantang, aku bisa banyak belajar” atau “jadi guru shadow itu berarti aku ada partnernya untuk menghadapi, tidak sendirian, ada yang membimbing”, dan kalimat-kalimat positif lainnya.
Untuk membuat kalimat positif ini masuk ke dalam sistem keyakinan kita sehingga dapat menggarahkan kecemasan pada lingkungan positif, tentu perlu menggunakan kalimat yang realistis bukan hanya janji-janji manis. Carilah fakta-fakta positif dari berbagai kecemasanmu itu dan masukkan kalimat-kalimat temuanmu itu sebagai counter positifnya. Selain itu, mengkounter kecemasan ini juga bisa dengan melakukan imajinasi positif sebelum tidur. Ketika berbaring untuk berangkat tidur, biasakan untuk membayangkan hal-hal baik dan menyenangkan tentang aktivitas di sekolah sebagai shadow. Ini cara lain yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan pikiran kita dari terlarut ke kebiasaan memikirkan hal-hal negatif yang sudah terlanjur terbiasa dilakukan.
Kecemasan itu sebetulnya lahir dari pikiran kita sendiri. Maka, tentunya kita sendiri bersama pikiran kita jugalah yang akan dapat mengelola bukan?
Oleh: Sinta Damayanti Membahas manfaat dari membaca buku memang tidak ada ujungnya. Seperti yang kita ketahui, membaca buku dapat menambah wawasan secara luas, mempelajari topik baru, mengisi waktu dengan kegiatan produktif, hingga mengasah daya imajinasi Read more…
Oleh: Syafira Dyah Setyowati Menurutmu, apa benar saat ini kau masih mencintaiku? Menurutmu, apa yang bisa dicinta dari diriku? Bukan apa, hanya bersiap, tak ada yang tahu, aku takut Tak pernah ada yang lama menungguku Read more…
Oleh: Sinta Damayanti Para penulis atau penggiat seni yang bergelut dalam kreativitas kerap kali dikaitkan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Begadang, pola makan tidak teratur, isolasi diri, hingga strategi menghadapi stres dengan cara negatif. Read more…
0 Comments