Oleh : Rinda Kumala Wati
Halo teman-teman Wiloka! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas salah satu bagian penting dalam komunikasi sehari-hari. Sesuai dengan judul yang tertera, kali ini kita akan membahas mengenai bagaimana bersikap asertif. Sebelum membahas lebih jauh, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu asertif.
Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain secara jujur dan terbuka dengan tetap menghormati hak pribadi dan orang lain (Anfajaya & Indrawati, 2016). Kemampuan mengkomunikasikan tersebut contohnya seperti menyampaikan hal-hal yang memjadi pikiran, perasaan dan keinginan seperti ide, pendapat, kritik, menolak ajakan, perasaan ketika marah dan kesal terhadap lawan bicara.
Menjadi individu yang memiliki kemampuan untuk asertif adalah hal yang penting. Sikap dan perilaku asertif akan memudahkan teman Wiloka untuk bersosialisasi, menjalin hubungan dengan lingkungan, menghindari munculnya ketegangan dan perasaan tidak nyaman akibat menahan dan menyimpan sesuatu yang ingin diutarakan. Sesuatu yang terpendam sungguh akan mengganggu bukan? Terlebih jika teman-teman tidak dapat mengungkapkan atau menyampaikan hal yang membuatmu kesal.
Rasa “gak enak” itu wajar, namun kembali ke bagaimana teman-teman menyikapi. Apabila kita mampu mengungkapkan kritik atas hal yang kurang sesuai tanpa menyalahkan orang lain, maka hal tersebut dapat dikatakan sudah bertindak secara asertif. Contohnya ketika di perpustakaan, ada rekan yang berbicara dengan keras dan situasi tersebut mengganggu konsentrasimu. Kamu bisa menyampaikan “Maaf, volume bicaranya boleh direndahkan sedikit? Saya sedang mengerjakan tugas dan menjadi kurang fokus karena suara Anda. Terimakasih”.
Pada pelaksanaannya memang tidak mudah. Hal pertama yang harus teman Wiloka perhatikan adalah perilaku atau sikap apa yang menjadi penyebab, memperhatikan akibat yang terjadi, dan kemudian memikirkan saran yang dapat dilakukan oleh mereka. Dengan demikian teman Wiloka dapat mengolah penyampaiannya dengan kalimat yang disesuaikan dan tidak terkesan menyalahkan orang lain.
Hal yang perlu kamu ingat adalah, bahwa dirimu adalah “Driver” atau pengemudi dalam kehidupanmu. Maka jangan sampai hanya karena kurang asertif, hidupmu dikemudikan oleh orang lain. Dengan membiarkan diri untuk bersikap tidak asertif, memendam perasaan, perbedaan pendapat, justru akan menekan dan membiarkan dirimu berada pada keadaan yang tidak nyaman. Dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya, seseorang tidak akan dikendalikan orang lain, lebih efektif dalam berinteraksi, lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri, dan memiliki rasa puas. Selamat mencoba!
Referensi :
Anfajaya M. A & Indrawati E. S. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif pada mahasiswa organisatoris fakultas hukum Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Empati, 5(3), 529-532
*penulis adalah mahasiswa magang Wiloka Workshop batch 3
0 Comments