Ilustrasi: instagram.com/_aeppol

Oleh: Novi Ernilawati, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Halo teman Wiloka, kali ini kita akan mengulas tentang stress. Kami yakin teman Wiloka tentu sudah tidak asing lagi dengan kata ini ya? Atau bahkan mungkin sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari.
Sebenarnya apa sih stres itu? Jika diartikan dari bahasa Inggrisnya, stress berarti tekanan, sedangkan dalam istilah psikologis stres adalah sebuah kondisi yang membuat situasi baru pada seseorang yang kemudian memberikan dorongan pada orang tersebut untuk melakukan sesuatu tindakan, bisa positif ataupun negatif. Stres seringkali diasosiasikan pada hal yang negatif, tidak baik, bahkan ke gangguan jiwa berat ya, padahal stres ada yang positif juga lho. Masa sih? Iya, stres yang positif atau eustres adalah saat tekanan itu malah membuat kita menjadi semangat, tertantang, dan terpacu untuk menjadi lebih baik. Sedangkan yang membuat kita menjadi lesu, merasa tidak berdaya, terpuruk dan membuat kita merasakan hal-hal yang tidak menyenangkan lainnya adalah stres yang negatif atau dalam istilah psikologinya disebut dengan distres.
Teman Wiloka perlu untuk mengetahui sumber stres yang dialami, karena dengan mengetahui sumbernya teman wiloka akan dapat mengelola stresnya dengat tepat. Jadi apa saja sih sumber stres itu?


Sumber stres ternyata dapat berasal dari dalam diri dan dari luar diri. Maksudnya?
Sumber stres dari dalam diri disebabkan oleh proses pikir kita terhadap suatu kejadian atau perjalanan hidup kita. Misalnya, kita mengalami sebuah kejadian yang tidak menyenangkan atau menimbulkan kesedihan, kemudian pikiran kita tidak lepas dari kejadian tersebut, maka kondisi stres terjadi. Bisa juga kita mengalami sebuah kejadian yang sebenarnya netral, atau bahkan sebenarnya menyenangkan, namun karena pernah punya pengalaman tidak mengenakkan sebelumnya situasi ini menjadi sumber stres. Kondisi stres juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan atau pola pikir, semakin sering kita berpikir negatif maka akan semakin mudah kita terperangkap dalam kondisi distres, menyalahkan diri sendiri, dan mencemaskan semua hal karena semua stimulus yang dialami dipersepsikan negatif. Jadi yang perlu digaris bawahi oleh teman Wiloka, sumber stres dari dalam diri adalah proses pikir kita, distres terjadi jika ada kesalahan dalam pola pikir kita, bukan situasinya.
Nah sekarang sumber stres dari luar diri, apa itu? Ini adalah situasi-situasi atau hal-hal yang menimbulkan ketegangan pikiran dan diri kita. Sebagai contoh: situasi bencana, kehilangan orang yang dicintai, atau ada anggota keluarga yang menyandang sakit kronis berkepanjangan.
Kondisi stres sangat berdampak dalam kehidupan seseorang. Jelas ya kalau stresnya positif atau eustres maka dampaknya akan baik, kita akan lebih bersemangat beraktivitas dan tubuh pun rasanya segar.Namun, kalau kondisinya negatif atau distres yang dialami, maka yang terjadi emosi-emosi negatif yang bertahta. Tiap hari merasa sedih, merasa kecewa, marah sampai ingin mengamuk rasanya, bahkan ada yang merasa tidak  berdaya, putus asa, dan tidak semangat untuk beraktivitas. Ternyata oh ternyata, kondisi distres ini juga berpengaruh pada kondisi fisik lho teman Wiloka, karena proses berpikir di otak akan saling berkaitan dengan proses kerja otak bagian lainnya, termasuk dalam hal respon organ tubuh. Kelenjar-kelenjar penghasil hormon pun terpengaruh oleh bagaimana otak bekerja. Ketika pikiran penuh ketegangan maka akan terjadi ketidaklancaran proses di otaksehingga kelenjar-kelenjar penghasil hormon maupun organ-organ tubuh dapat terpengaruh. Biasanya organ-organ paling lemah di tubuh yang akan mulai terpengaruh, seperti bila memiliki kelemahan pada saluran pencernaan maka ketika mengalami stres akan mudah muncul maag. Ekstremnya stres juga akan dapat pula memicu naiknya tekanan darah secara tiba-tiba sampai dapat menyebabkan serangan jantung.

Melihat kompleksnya akibat lanjutan atas kondisi stres, maka penting sekali untuk melakukan pengelolaan terhadap distres supaya hal yang menyeramkan’ di atas tidak terjadi pada teman Wiloka.

Bagaimana caranya untuk mengelola distres?
Jujur pada diri sendiri.
Maksudnya? Apakah teman Wiloka sudah mau mengakui bahwa saat ini sedang berada dan merasa dalam kondisi distress? Atau masih menolak dan berpikir kalau aku begini karena dia? Ini bukan salahku, aku begini karena….? (Kalau masih menolak akan lebih sulit mengelola distress-nya, karena sulit buat melangkah ke tahap selanjutnya)

Mengenali kondisi distress
Ini dapat dilakukan dengan cara mengenali kondisi pikiran, sensasi fisik yang dirasakan, serta kondisi emosi teman wiloka saat distres terjadi.

Mengenali kebutuhan.
Pada kondisi distres sebaiknya mengutamakan kebutuhan daripada keinginan. Kebutuhan berarti apa yang diperlukan sedangkan keinginan dapat merupakan sesuatu yang tidak dibutuhkan, walaupun diinginkan.

Melihat kekuatan.
Untuk dapat mengelola distres, penting untuk mengetahui apa sih kekuatan kita yang dapat digunakan sebagai aset untuk mengelola diri.

Melakukan langkah-langkah tersebut sangat bisa membantu teman Wiloka untuk mengelola stress yang dihadapi. Tetap semangat dan berpikir positif ya .

0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: