Oleh: Shafana Giffari Arisna
MENCINTAI DIRI SENDIRI. Tiga kata yang mungkin masih sering kita lupakan atau masih terasa sulit untuk dilakukan. Seringkali kita dapat mencintai orang lain, namun lupa untuk memberikan cinta kepada diri sendiri, atau bahkan kita dapat mencintai orang lain lebih dari kita mencintai diri sendiri. Tak jarang, kita juga terus menerus melihat apa yang orang lain miliki dan membandingkannya dengan diri kita. Hingga pada akhirnya, muncul perasaan seperti insecure atau pikiran “I am not good enough”.
Hati-hati perasaan atau pun pikiran negatif terhadap diri sendiri yang terus terpelihara dapat berdampak pada kondisi psikologis, bahkan dapat menimbulkan penyakit mental salah satunya seperti body dysmorphic disorder. Penyakit mental tersebut yang sering disingkat BDD merupakan keadaan dimana seseorang memiliki obsesi mengenai ketidaksempurnaan yang ia bayangkan dalam penampilannya dan kehawatiran yang dirasakan tersebut sangat berlebihan (Bjornsson, Didie, & Phillips, 2010). Jika seseorang telah mengalami hal tersebut, tentu membutuhkan konseling ataupun terapi, karena hal tersebut termasuk penyakit mental yang membutuhkan bantuan ahli.
Memang, mencintai diri sendiri dapat terlihat menjadi hal yang sepele, tapi ternyata, jika kita tidak melakukannya akan memberikan dampak yang cukup serius bagi diri kita. Ketika kita tidak memberi cukup cinta pada diri kita sendiri, tanpa kita sadari, kita juga akan kerap membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Padahal, kita perlu mengingat bahwa setiap manusia terlahir berbeda-beda dan memiliki keunikannya masing-masing. Setiap dari kita memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, sehingga kita tidak perlu merasa kurang ketika tidak memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain. Bahkan, perlu juga kita ingat bahwa sebelum kita mencintai orang lain, kita harus mencintai diri kita terlebih dahulu. Secara tidak langsung, ketika kita sudah merasa cukup dengan diri sendiri, kita juga tidak akan terus menerus bergantung dengan orang lain untuk melakukan apapun.
Mencintai diri sendiri juga berarti kita dapat menempatkan diri kita terlebih dahulu diantara orang lain. Hal ini bukan berarti kita egois, tetapi kita tahu bahwa diri kita juga perlu diutamakan. Tak hanya itu, mencintai diri sendiri juga berarti tidak perlu terlalu menuntut diri untuk menjadi sempurna. Kita perlu menerima segala ketidak sempurnaan yang dimiliki. Proses untuk mencintai sendiri juga termasuk memaafkan segala hal yang pernah terjadi dalam hidup kita, termasuk kesalahan yang pernah kita perbuat. Mungkin memaafkan orang lain terasa mudah bagi kita, tetapi pernahkah terbersit dalam pikiran kita untuk mencoba memaafkan diri sendiri?
Seperti yang telah disebutkan di atas, kita tidak dapat selamanya menggantungkan diri kita dengan orang lain. Pada akhirnya, yang kita miliki dan dapat diandalkan adalah diri kita sendiri. Saat kita dapat mencintai diri kita, maka kita akan merasakan kebahagiaan yang datang dari dalam. Kita tidak membutuhkan orang lain untuk merasakan suatu kebahagiaan. Dengan mencintai diri sendiri, kita juga akan merasa lebih rileks dan mendapatkan ketenangan dalam menjalani hidup serta memiliki kondisi psikologis yang lebih baik. Oleh karena itu, perlahan marilah kita belajar untuk lebih mencintai diri sendiri.
Referensi:
Bjornsson, A. S., Didie, E. R., & Phillips, K. A. (2010). Body dysmorphic disorder. Dialogues in Clinical Neuroscience, Vol. 12 No. 2
0 Comments