Bahagia dengan Aktif Beraktivitas



Oleh    : Nico Wilson
Apakah kamu sering merasa sedih atau kecewa karena banyak hal terjadi tidak sesuai dengan keinginanmu? Atau karena tidak mendapatkan hal-hal yang diinginkan? Bila sering, mungkin kamu harus bertanya kepada dirimu sendiri apakah kamu  semakin mendekati atau malah menjauhi kebahagiaan? 
Banyak sekali buku, artikel, dan media online yang memberikan saran dan tips mengenai kebahagiaan. Namun, kita masih selalu saja berusaha mengejar kebahagiaan, bahkan mungkin kita sendiri tidak tahu cara menemukannya. Orang-orang beranggapan akan bahagia bila menjalani hidup penuh kemewahan, kebahagiaan hanya diukur dari kekayaan, status, dan jabatan pekerjaan. Sayangnya pencapaian ini tidak dapat membuat seseorang bahagia terus menerus karena rentan terpengaruh perilaku hendonis (bahagia mencari kenikmatan dan menghindari sakit) dan terbiasa dengan kehidupan yang “enak”. 
Apa itu kebahagiaan?
Terdapat 2 pandangan modern mengenai kebahagiaan. Pertama, pendekatan Hedonic menekankan pada kepuasan atau kesenangan (pleasure) vs. Ketidakpuasan (Displeasure) yaitu untuk mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang harus lebih banyak mengalami pengalaman “nikmat” dibanding “sakit” (Caunt, Franklin, Brodaty, & Brodaty, 2013). Berbanding terbalik dengan pendekatan Hedonic, pendekatan Eudaimonicmenyatakan bahwa kebahagiaan kita tergantung pada kemampuan kita untuk hidup sesuai dengan diri sejati kita saat kita berjuang untuk kesempurnaan (Ryan & Deci, 2000).
Seligman (2002) mendefinisikan kebahagiaan dengan rumus sederhana yaitu hasil penjumlahan faktor genetik, keadaan atau kondisi hidup, dan kontrol pribadi. Penelitian Lyubomirsky, dkk (2005) berpendapat bahwa genetik memiliki pengaruh sebesar 50% terhadap kebahagiaan seseorang. Sebagian dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi hidup sebesar 20% dan kontrol pribadi sebesar 30%.
Flow activity
Meskipun genetik memiliki porsi 50% terhadap kebahagiaan seseorang, namun sangat sulit untuk mengubahnya sehingga faktor lain yang bisa kita kontrol adalah diri kita sendiri. Salah satu bentuk kontrol pribadi yang mempengaruhi kebahagiaan adalah flow activity. Apa itu flow? Flow kondisi di mana seseorang sangat hanyut dalam sebuah aktivitas sehingga seakan tidak ada hal lain yang bisa mengganggu perhatiannya. Pengalaman tersebut sekaligus terasa sangat menyenangkan untuk tetap dilakukan, sehingga seseorang akan tetap melakukannya walaupun tantangannya besar atau berat dan memakan waktu lama. Kita akan merasa lebih bahagia ketika kita melibatkan diri kita dalam flow activitysesuai dengan yang dijelaskan oleh Csikszentmihalyi (1999) bahwa pengalaman optimal dalam flow activity dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Hal ini dikarenakan kegiatan yang mengorbankan banyak tenaga dan waktu ini tidak langsung membuahkan kebahagiaan, namun dapat dinikmati proses dan perkembangannya. Apa saja yang termasuk dalam flow activity? Antara lain berolahraga, memasak, membuat karya seni, bermain musik, meditasi, beres-beres rumah, dan bersosialisasi dengan orang lain.  Selain flow activity, terdapat kegiatan-kegiatan lain yang lebih pasif seperti tidur, beristirahat, membuka sosial media, dan relaksasi atau biasa disebut passive activity
Mengapa kita menjauhi flow activity dan memilih passive activity?
Sebagian besar orang paham bahwa flowactivity akan memberikan kebahagiaan dan kepuasan yang lebih besar, namun kita masih lebih sering melakukan passive activity, mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kita beranggapan bahwa flow activity membutuhkan jumlah energi dan usaha yang besar. Oleh karena itu passive activity dianggap lebih menyenangkan karena tidak membutuhkan usaha yang besar. 
Passive activity dapat memuaskan dan menyehatkan bila dilakukan dengan tujuan untuk mengisi kembali “bahan bakar”, beristirahat, merawat tubuh, dan membuat kita merasa tenang. Namun passive activitytidak dapat membuat kita lebih bahagia tanpa diiringi oleh flow activity.
Sumber bacaan :
L. Parker Schiffer & Tomi-Ann Roberts. (2017). The paradox of happiness: why are we not doing what we know makes us happy?. The Journal of Positive Psychology
Csikszentmihalyi, M. (1999). If we are so rich, why are we not happy?. American Psychologist, 54, 821–827
Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. The American Psychologists, 55, 68–78
Zevnik, L. (2014). Critical perspectives in happiness research: The birth of modern happiness. Cham: Springer International Publishing.
*Penulis merupakan siswa magang Wiloka Workshop batch 2


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: