Oleh: Elisabeth D. Selvita, Ni Kadek Ayu M. Y., Sahrullah
Halo Teman Wiloka! Semoga Teman Wiloka selalu sehat dimanapun berada ya
Mungkin sebagian Teman Wiloka telah mengetahui bahwa saat ini terdapat kebijakan baru dari pihak pemerintah bagi siswa sekolah. Kebijakan ini memuat dimana siswa sekolah sudah boleh melakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kebijakan ini tidak bersifat wajib dimana para orangtua diberikan kebebasan apakah memperbolehkan anaknya untuk sekolah tatap muka atau tetap daring.
Munculnya kebijakan pemerintah dalam memperbolehkan pelaksanaan sekolah tatap muka didasari atas timbulnya berbagai hambatan selama pelaksanaan sekolah daring dilakukan. Hasil wawancara yang dilakukan oleh pihak Wiloka terkait hambatan selama sekolah daring menemukan beberapa point permasalahan seperti 1) perkembangan akademik yang mundur; 2) perkembangan sosial dan aktivitas fisik menurun; 3) penggunaan gawai secara berlebihan dan; 4) peran ganda orangtua. Hal ini dapat terlihat dari hasil diskusi kelompok antara Tim Wiloka dengan beberapa responden terkait aktivitas anak selama pembelajaran jarak jauh seperti dibawah ini:
“tantangannya ya mengelola dirinya masih belum nggak semua anak bisa mengelola waktu sendiri”
“mereka kurang interaksi dengan teman-temannya…”
“mereka melihat hape terus…”
“kemampuan mereka bener-bener kembali nggak cuma kelas 4 tapi mereka untuk khususnya untuk misalnya pelajaran matematika ini menjumlahkan, menambahkan ini, masih harus diulangi…”
“saya sendiri perhatiannya terpecah antara saya harus mengajar anak saya, dan juga mengajar anak-anak jadi ini double…”
(Responden, diskusi kelompok terarah, 28 Februari 2021)
Selain itu, terbatasnya akses terhadap kepemilikan teknologi seperti gawai dan laptop menjadi salah satu faktor yang turut berkontribusi. Namun, survei lain yang dilakukan Wiloka menunjukkan bahwa orangtua masih memiliki beberapa kekhawatiran saat sekolah tatap muka dimulai diantaranya: 1) anak belum vaksin; 2) protokol kesehatan belum jelas; 3) anak sulit diatur; dan 4) merasa belum aman jika membiarkan anak tatap muka. Kondisi tersebut tentunya dapat membawah pengaruh tersendiri terhadap keadaan kesejahteraan di sekolah atau school well-being.
Apa Itu Kesejahteraan di Sekolah?
Konu dan Rimpela (2002) mengemukakan bahwa school well-being meliputi kondisi sekolah, hubungan sosial, pemenuhan diri, dan status kesehatan yang berperan dalam proses belajar. Sekolah yang tidak mampu membangun perasaan sejahtera tentunya dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi siswanya. School well-being terdiri atas empat aspek dan salah satunya adalah mencintai, yaitu konsep yang berkaitan dengan hubungan sosial dalam lingkungan sekolah. Kebutuhan mencintai didapatkan melalui proses berdinamika dalam iklim sekolah yang meliputi hubungan positif dan hangat antara tenaga pendidik dan siswa, antar teman sebaya, dan antar sekolah dengan orangtua siswa.
Hubungan yang terjalin secara konsisten antara orangtua siswa dengan sekolah diharapkan dapat menurunkan kecemasan dan kekhawatiran dari para orangtua terkait kembalinya anak bersekolah tatap muka. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kekhawatiran serta kecemasan orangtua itu tetap ada. Nah, gimana ya caranya agar tercipta hubungan kerjasama yang baik antara orangtua dan sekolah dalam mempersiapkan anak untuk sekolah tatap muka? Yuk, simak tips berikut ini!
Orangtua dan Sekolah Perlu Menegaskan Kepada Anak untuk Selalu Mematuhi Protokol Kesehatan.
Orangtua perlu mengajarkan anak bahwa prokes merupakan hal dasar yang sangat penting untuk diterapkan ketika berada di luar rumah. Terkadang anak memang suka bosan apabila menggunakan masker lama-lama dan lupa mencuci tangan, tetapi orangtua dapat mensosialisasikan betapa pentingnya mematuhi prokes. Misalnya, orangtua dapat menyampaikan kepada anak bahwa penggunaan masker dapat menurunkan risiko penularan COVID-19. Dengan begitu, maka pandemi dapat segera berakhir dan anak-anak dapat berkumpul kembali di sekolah untuk belajar dan bermain. Di samping mengajarkan anak terkait kepatuhan dalam melakukan prokes, orangtua dan sekolah juga harus mampu menjadi teladan yang baik dalam menerapkan prokes secara konsisten. Seperti tidak melepas masker saat proses mengajar dilakukan.
Sebelum Sekolah Tatap Muka Dimulai, Ajak Anak untuk Memilih Sendiri Perlengkapan Proteksi Pribadinya
Berikan kesempatan kepada anak untuk memilih masker dan hand-sanitizer yang ia sukai. Misalnya, masker yang memiliki desain kartun/animasi dan hand-sanitizer yang aromanya disukai oleh anak.
Menjalin Komunikasi Secara Intensif Antara Pihak Sekolah dan Orangtua
Sebelum dan sesaat sekolah tatap muka dimulai, orangtua dan sekolah diharapkan untuk membangun persiapan untuk saling bekerjasama membangun komunikasi dalam memantau proses pembelajaran anak nantinya. Proses komunikasi dapat dimulai dengan membuat grup WhatsApp untuk saling berbagi informasi dalam memantau terkait kondisi anak dan kegiatan proses belajar.
Pahami Sisi Positif dan Sisi Negatif ketika Anak Kembali Bersekolah Tatap Muka
Orangtua pasti tetap cemas ketika melepas anaknya menempuh sekolah tatap muka di era pandemi seperti ini. Akan tetapi, dengan diberlakukannya sekolah tatap muka kembali, banyak sisi positif yang akan dirasakan. Misalnya, anak jadi tidak mudah bosan lagi ketika mengikut kelas, anak dapat bermain dengan teman-temannya, orangtua dapat fokus ke pekerjaannya, pembelajaran akademik lebih maksimal seperti sediakala, dan lain-lain.
Nah, teman Wiloka, kita sudah membahas terkait hal-hal yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan sekolah tatap muka. Maka dari itu, yuk bekerjasama mewujudkan kesejahteraan di sekolah dalam rangka mewujudkan pendidikan yang baik untuk anak.
Referensi
Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being in schools: A conceptual models. Health Promotion International, 17(1), 79-87.
American Academy of Pediatrics. (2018, October 8). Face masks for children during covid-19.. Healthychildren.org. https://healthychildren.org/English/health-issues/conditions/COVID-19/Pages/Cloth-Face-Coverings-for-Children-During-COVID-19.aspx
*penulis adalah peserta magang riset Wiloka Workshop
0 Comments