www.robertsoncooper.com

Oleh: Lucia Peppy Novianti, S. Psi., M.Psi., Psikolog

“Aku sudah selalu menemanimu, ke mana pun kamu butuh ditemani aku selalu mengusahakan? Tapi kenapa kamu lebih merasa terdukung oleh dia yang hanya bisa menjumpaimu melalui telepon?”


“Rasanya sedih sekali. Ibuku harus menjalani perawatan pasca kecelakaan kemarin. Seminggu dua kali harus terapi. Belum konsultasi dengan dokter yang harus dilakukan dua minggu sekali. Sementara aku harus bekerja jauh di luar kota. Rasanya aku anak yang tidak berharga karena ga bisa memberikan dukungan kepada orang tersayang. Apalah artinya aku mengirimkan dana untuk pengobatan Ibu?”

 

 

Situasi seperti di atas, mungkin pernah didengar atau bahkan dialami teman WIloka? Ketika seseorang sedang menghadapi persoalan atau musibah, salah satu yang dibutuhkan ‘katanya’ adalah  dukungan sosial, terutama dari orang terdekatnya? Seperti ketika ada keluarga yang divonis penyakit tertentu, dokter biasanya meminta keluarga memberikan dukungan (sosial) penuh. Pun juga ketika ada anak yang terdeteksi mengalami masalah di sekolah, biasanya guru atau profesional pendamping meminta dukungan dari keluarga. Sebetulnya, apa dan bagaimana sih dukungan (yang dapat berdampak) ini?

Memahami tentang Dukungan Sosial

    Tentang dukungan sosial pastinya tidak asing lagi ya di telinga kita. Secara umum, dukungan sosial dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan penguatan kepada orang lain. Menilik dari teori tentang dukungan sosial (social support), sebetulnya ada dua bagian besar tentang dukungan sosial ini, yakni dukungan instrumental dan dukungan emosional. Ini berarti, dukungan sosial itu sebetulnya akan hadir ketika ada proses memberikan penguatan atau perhatian dalam bentuk instrumental (teknis) serta emosional (secara psikologis). Dukungan instrumental berarti segala bentuk upaya memberikan penguatan kepada orang lain yang dihadirkan dalam bentuk hal teknis, seperti material, transportasi, sarana prasarana dan sejenisnya. Sedangkan dukungan emosional adalah penguatan yang kita berikan sehingga menghadirkan kenyamanan psikologis, seperti menemani, hadir, mendengarkan, memberikan waktu dan sebagainya.Bila melihat contoh di atas, pada ilustrasi pertama, bisa saja seseorang telah merasa memberikan waktu mengantarkan (instrumental) dan perhatian (dukungan emosional) namun ternyata ketika meluangkan waktu, si pemberi dukungan tersebut memang secara fisik ada tapi tetap saja sibuk dengan gawainya, sehingga yang diberi dukungan tidak merasakan penguatan tersebut? Sedangkan pada contoh situasi kedua, sebetulnya dapat dikatakan bahwa dia telah memberikan sebuah penguatan secara instrumental, yakni mendukung pembiayaan pengobatan sang Ibu.
    Memang yang paling ideal adalah ketika penguatan yang diberikan dapat menghadirkan kedua hal tersebut: instrumen sekaligus emosional. Namun, sering kali ada keterbatasan yang kita alami. Nah, apabila ternyata kita memiliki keterbatasan untuk memberikan dukungan secara lengkap, ada hal yang juga sangat mendasari apakah sebuah pemberian penguatan dapat dirasakan sebagai dukungan sosial atau tidak: bagaimana pesan dukungan yang dapat dirasakan oleh si penerima.

Konteks Penting Dukungan Sosial: Bagaimana supaya Dapat Sampai “Dirasakan”

Baik pemberian penguatan secara emosional maupun pemenuhan kebutuhan material yang diberikan bisa saja lho tidak dirasakan sebagai bentuk dukungan kepada seseorang. Ada beberapa kasus di mana penguatan yang diberikan tetap saja tidak dirasakan sebagai bentuk dukungan sosial. 
Ternyata, ada beberapa hal yang akan turut menentukan apakah penguatan yang kita berikan dirasakan sebagai dukungan sosial atau tidak, antara lain:

1. Menyadari kebutuhan: apakah ini kebutuhan saya atau dia?

Penting untuk menyadari bahwa hal yang diberikan (baik instrumental ataupun emosional) adalah yang dibutuhkannya, bukan saya atau kita. Sering kali ditemui bahwa tidak adanya efek penguatan terjadi karena adanya perbedaan pemahaman tentang aspek kebutuhan ini. Sebagai contoh: seorang anak yang merantau dan sukses merasa perlu memberikan dukungan kepada orang tuanya yang tinggal di kampung berupa penyediaan sopir pribadi dan asisten rumah tangga. Namun ternyata, setelah dihadirkan kedua hal tersebut, orang tua justru terlihat lebih tegang, kurang menikmati hari-harinya serta menjadi kurang bersemangat. Si anak berpikir bahwa dengan adanya sopir pribadi maka orang tua nya dapat ke mana pun yang mereka mau dengan nyaman. Sedangkan adanya asisten rumah tangga akan membuat orang tua tidak capek lagi dalam mengurusi hal di rumah. Namun, sang anak di sisi lain, lupa memahami bahwa justru si ibu dan ayah merasa seperti terkungkung karena tidak lagi bisa beraktivitas bebas karena selama ini mengerjakan urusan rumah tangga dan berjalan-jalan dengan sepeda menjadi bentuk refreshing tersendiri bagi mereka.

2. Waktu dan cara pemberian yang tepat

Penting pula untuk melihat kapan dukungan ini perlu diberikan. Sebetulnya, dukungan emosional akan tetap dibutuhkan kapan pun. Namun, tentang dukungan emosional ini, akan sangat perlu memperhatikan caranya. Alih-alih diterima sebagai bentuk dukungan, bisa saja ketika cara pemberiannya kurang tepat dapat justru dipersepsi sebagai bentuk negatif bagi si penerima, seperti penghinaan atau justru membuat penerima merasa semakin rendah dan tak berdaya. Sedangkan, dukungan instrumental akan sangat penting melihat konteks waktu. Dukungan instrumental akan paling dirasakan memberikan dampak penguatan apabila diberikan pada waktu yang memang sedang dialami, seperti adanya dana ketika harus membayar pengobatan yang disyaratkan dipenuhi pihak rumah sakit sebelumnya, atau meminjamkan kendaraan untuk menuju rumah sakit ketika serangan sedang terjadi pada si penerima.

3. Kesiapan mental si penerima: adanya keterbukaan sikap maupun kesediaan

Biasanya, situasi ini erat kaitannya dengan waktu pemberian maupun latar situasi penerima (baik situasi psikologis maupun situasi secara waktu). Sebagai contoh, seseorang yang memiliki riwayat sebagai seorang yang terpandang, sukses, memiliki jabatan, namun karena penyakit diabetes yang dialami saat ini, mobilitasnya menjadi terbatas dan akhirnya dia pun harus mengalami pensiun dini. Tetangga yang bermaksud empati kepadanya, sering kali menawarkan untuk membantunya beraktivitas atau sekedar mengantarkannya ketika jadwal kontrol. Namun justru si penerima merasakan bahwa tetangga mengganggapnya tidak berdaya lagi dan muncul rasa terhina. Ini mungkin terjadi karena kurangsiapnya si penerima menghadapi situasi perubahan yang sedang dia alami tersebut. Situasi bahwa si penerima masih belum dapat menerima kondisinya pun berdampak pada penolakan terhadap adanya dukungan atau juga bantuan dari orang di sekitarnya karena langsung dikaitkan pada hal harga diri.

4. Motivasi dan ketulusan dari si pemberi

Hal ini mungkin terkesan terlalu abstrak, tapi pada beberapa situasi akan memiliki peran penting dalam memberikan atmosfer perasaan terdukung oleh si penerima. Ini dapat terjadi karena seseorang yang membutuhkan dukungan itu biasanya berada pada situasi emosional negatif atau memiliki kerentanan psikologis. Kondisi ini pun mudah menghadirkan suasana kepekaan berlebihan bahkan terkadang hadir pula kecemasan, kegelisahan, bahkan kecurigaan. Karenanya, mereka akan mudah menjadi sensitif merespon situasi di sekitarnya, terlebih apa yang diberikan kepadanya. Maka, ketika kita, si pemberi, memiliki motivasi yang terselubung untuk kepentingan kita sendiri daripada motivasi untuk memberikan dukungan secara tulus kepada si penerima, sangat mungkin lho si penerima merasakan hal tersebut. INi pun akan mudah membuatnya mengalami situasi emosi dan psikologis yang semakin negatif daripada adanya rasa dikuatkan dan didukung.

Tentang memberikan penguatan atau dukungan itu, ternyata tidak semata-mata hanya dilihat pada konteks substansinya saja (seperti barang konkrit yag diberikan ataupun kuantitas yang dihadirkan).Ketika dapat memahami tentang konteks dukungan sosial ini harapannya upaya menghadirkan penguatan dapat berdampak lebih positif bagi si penerima. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kebermanfaatan upaya yang sedang kita usahakan untuk orang-orang tersayang di sekitar kita ya…..


0 Comments

Leave a Reply

%d bloggers like this: